7

5.1K 534 26
                                    


Guys, mau kasih tau, kedepannya percakapan di cerita ini mungkin campur-campur pakai bahasa jawa.

Dan buat kalian yang nggak paham bahasa jawa, bisa di tandai di komen ya.

Nanti aku translate ke indo, atau mungkin ada yang mau bantu ngasih tau di komentar, oke?



💕Happy Reading💕
.
.
.
.
.
.
.
.
.










"Jadi udah berapa bulan?"

Mas Wino tanpa tedeng aling-aling langsung menanyakan usia kandungan ku. Tanpa diperjelas pun aku sudah paham kemana pertanyaannya. Dia bukan orang yang bisa diajak main-main. Mas Wino memang terlihat lebih kalem dibanding Kak Johnny yang mukanya garang itu. Tapi siapa sangka Mas Wino jauh lebih menyeramkan dari Kak Johnny.

Kak Wino itu anak satu-satunya di keluarga Pakde. Dia sering kesepian, dan sejak hadir aku katanya hidupnya lebih berwarna. Mas Wino tidak kalah perhatian dari Kak Johnny. Seperti kakakku, dia selalu memperlakukan ku seperti adik kandungnya.

"Heh! Ditanya malah pada diem?" Mas Wino mengetuk meja lagi. "Jeff? Berapa bulan?"

Aku menatap Jeffrey tanpa mengangkat kepalaku. Jeffrey menatapku sekilas. Aku menggeleng. Meminta Jeffrey untuk tidak mengaku pada Mas Wino. Urusannya bisa jadi tambah panjang.

Tangan Jeffrey di bawah meja meraih tanganku. Dia membawa tangaku ke atas pahanya. Aku bisa melihat Jeffrey sedang menarik napas dalam beberapa kali seiring dengan meremas tanganku.

"11 minggu."

Aku menendang kaki Jeffrey. Kenapa dia harus jujur pada Mas Wino sih.

"Bener, Sya?"

Pertanyaan Mas Wino dialihkan padaku. Aku menggigit bibir bawahku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Rasanya berat sekali untuk mengakui itu. Tapi aku bisa merasakan tangan Jeffrey bergerak di tanganku. Jari-jarinya ia telusupkan pada sela jari-jariku. Dia seperti sedang memberi penguatan padaku.

Aku mengangguk. Aku sudah diujung jurang, tidak mungkin juga untuk kembali. Mungkin sudah saatnya aku harus terjun bebas. Sudah saatnya aku mengakui dan tidak menyembunyikan kehamilanku lagi. Lagi pula sudah tidak ada yang bisa di perbaiki.

Aku akhirnya berani menatap Mas Wino. Wajahnya begitu menakutkan. Matanya memerah, entah dia marah atau ingin menangisi kebodohanku. Aku tidak tahu.

"B*jingan kowe, Jeff!"

Aku berdiri saat Mas Wino menarik kerah Jeffrey ke atas. Membuat Jeffrey yang masih dalam posisi duduk hampir terjungkal ke depan. Aku segera mencoba menarik tangan Mas Wino dari kerah Jeffrey. Selain malu dilihat banyak orang, aku tidak mau siapapun menyakiti Jeffrey. Ini bukan salahnya, ini salah ku juga.

"Minggir, Sya!" Mas Wino mendorongku menjauh. Untung aku tidak jatuh. Dia kembali menatap marah Jeffrey. "Otak mu ki neng ngendi Jeff! Anak uwong tok gawe rusak. Otak mu nendi, b*jingan?!"

Aku beralih mendekat ke Mas Wino. Memeluknya dari samping. "Mas jangan gitu. Malu dilihat orang." Aku sudah menangis sambil terus memeluk Mas Wino. Tapi Mas Wino belum juga mengendurkan cengkramannya pada kerah baju Jeffrey.

Jeffrey masih bungkam. Dia tidak menjawab atau menyanggah semua umpatan kasar yang dilontarkan Mas Wino padanya. Aku semakin terluka melihat wajah bersalah Jeffrey. Aku benar-benar tidak tahu harus gimana.

"Aku tanggungjawab, Mas." Akhirnya Jeffrey bersuara. Lirih, tapi cukup untuk bisa aku dan Mas Wino dengar.

Mas Wino perlahan melepaskan cengkramannya pada baju Jeffrey. Tangannya beralih memeluk tubuhku yang masih terus memeluknya. Aku terisak di pelukan Mas Wino. Aku takut sekali jika Mas Wino sampai memukul Jeffrey.

CIRCLE | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang