[1]Naka yang Ceroboh

27.3K 1.3K 19
                                    

"Bun, gak mau tahu pokoknya beliin laptop baru lagi." Wira sedaritadi tak henti-hentinya membujuk Elina.

Pagi ini, keluarga itu tengah melangsungkan sarapan tanpa kehadiran sang Ayah. Karena, kepala rumah tangga itu sudah lebih dulu meninggalkan rumah, ada meeting pagi katanya. Si bungsu terus saja menggerutu dan mengumpat. Ia benar-benar kesal, pasalnya semalam Sang Kakak dengan tidak elegannya menyenggol laptop miliknya hingga rusak, alasannya karena kalah main game.

Dan sekarang lihat, si pelaku malah anteng-anteng saja tak mempedulikan ocehan anak itu.

"Udahlah Dek, 'kan kamu bisa pinjem laptop punya Abang kamu dulu."

Wira semakin kesal, karena sang Bunda tak membelanya sama sekali. Ia bangkit dari duduknya, kemudian menjambak rambut sang Kakak secara spontan. "Lo watados banget sih, Ka." Dan terakhir, anak itu menoyor kepala si sulung, lalu melenggang pergi meninggalkan meja makan.

Naka yang mendapat serangan secara tiba-tiba itu benar-benar terkejut. Elina juga sama terkejutnya dengan Anaknya, ia fikir si bungsu tidak akan melakukan hal seperti itu.
"Astaga pala seksi Naka, untung otaknya gak kejambak." laki-laki berseragam putih abu-abu itu mengelus kepalanya yang sedikit berdenyut.

"Bang, are you okay?" Elina menghampiri si sulung yang sekarang tengah merapihkan rambutnya.

"I'm totally fine, Bun. Hehe." Anak itu tersenyum bodoh.

"Si Adek emang ya, kalo udah marah suka gak main-main." Sang Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengusap lembut pucuk kepala anak pertamanya.

"Dia mah main-mainnya sama cewek." Naka terkekeh.

"Udah ah, Naka berangkat dulu ya Bundahara." Ucap bocah itu seraya mencium lengan Bundanya.

"Eh, tapi kamu udah ditinggal Wira, Bang. Motor kamu 'kan rusak, Mau naik Ojol aja apa gimana?"

"Angkot juga banyak didepan Bun, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***

Sepertinya, hari ini nasib baik sedang tidak berpihak pada Naka. Lihat saja, sedari tadi tak ada satupun angkutan umum yang lewat dihadapannya.

Pemuda itu kembali melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 06.50, sebentar lagi bel masuk. Akhirnya, dengan terpaksa bocah itu memutuskan untuk berlari.

"Lari aja lah Coy, daripada gue telat." Naka berlari secepat yang ia bisa untuk sampai ke sekolahnya yang cukup jauh itu.

Pukul 07.10, anak itu sampai di gerbang Efraid. Sekolah ternama di jakarta, yang memiliki desain bangunan yang begitu megah. Tidak heran jika sekolah ini dijuluki sekolah Sultan. Karena memang penghuninya didominasi oleh anak-anak yang bergelimang harta.

Bocah itu berdecak, ketika netranya melihat pintu gerbang Efraid yang sudah tertutup rapat. Ia memanggil satpam yang berjaga didalam.
"Kiw kiw, bapak satpam yang baik hati, rajin menabung dan tidak sombong, boleh dong bukain gerbangnya buat saya!" Lelaki jangkung itu berteriak.

"Bocah edan. Kamu ini sudah telat, berisik lagi." Gerutu sang satpam, tapi tetap membukakan gerbang.

"Bapak harus percaya deh sama saya. Tadi tuh ya, saya niatnya mau nebeng sama kembaran saya. Eh, malah ditinggal masa, Pak. Kasian banget 'kan saya?"

"Nggak, udah sana masuk, izin dulu sama guru BK." pria itu menunjuk ke lapangan, dimana ada Bu Dwi yang tengah menghukum anak-anak yang terlambat pagi ini.

"Dih si Bapak gak asik, mainannya BK." Naka menggerutu, tapi ia tetap menjalankan perintah dari satpam itu.

Lelaki yang sudah berkeringat itu menghampiri Bu Dwi yang sekarang tengah mengawasi murid-murid yang melaksanakan hukuman. "Selamat pagi Ibu cantik." Naka mengedipkan matanya kearah guru BK yang sekarang menatapnya dengan tatapan tajam.

TANAKA [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon