[4]Sakit?

15.7K 1.1K 63
                                    

Setelah istirahat, Naka menelungkupkan kepalanya diatas meja. Tangannya tak henti-henti meremas titik rasa sakit. Ia menguatkan cengkramannya pada bagian perut berharap rasa sakit itu akan berkurang.

Sedaritadi Fano melihat gerak-gerik sahabatnya yang tak seperti biasanya. "Naka." Ia memanggil anak itu. "WOY BUDEG!" Fano berteriak saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari Naka.

"Apaansih Delfano, Berisik tahu gak!" Naka mengangkat wajahnya dan berkata lirih disertai dengan rintihan.

Fano melihat tangan sahabatnya yang memegangi perut "Perut lo kenapa lagi?" Tanyanya to the point. Karena tadi saat jam pelajaran pertama, Naka mengeluh perutnya sakit. Tapi setelah itu ia kembali jingkrak-jingkrak seperti orang gila.

"Kayanya maag gue kambuh, deh."

"Ke UKS sono, minta obat. Lagi jamkos ini kita."

"Mager ah. Lagian bentar lagi juga balik." Naka kembali menelungkupkan kepalanya.

Fano hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian berbalik kebelakang, ke meja Aldo dan Alby yang sedang bermain game.

***

"Jadi Aira,Wira, kalian harus banyak-banyak latihan. Terus, sering-sering juga kerja kelompok, Biar bisa saling bantu kalau salah satu dari kalian tidak mengerti."

"Iya pak," ucap mereka serempak.

Tadi setelah istirahat, mereka berdua mendapat panggilan bahwa mereka dipilih untuk mewakili sekolah dalam olimpiade Biologi.

Wira dan Aira itu sudah jadi langganan perwakilan sekolah dalam berbagai olimpiade. Dan juga mereka sudah banyak menyumbang berbagai penghargaan yang mengharumkan nama sekolah.

"Yasudah, sekarang kalian boleh kembali ke kelas," ucap pak Ananta.

"Terimakasih pak, kami keluar dulu. Assalamualaikum." Wira berdiri diikuti oleh Aira. Kemudian, mereka menyalami lengan pak Ananta.

"Waalaikumsalam."

Wira dan Aira melangkah keluar beriringan dari ruang guru.

"Ra, pulang sekolah belajar bareng yuk, dirumah gue." Wira berkata saat mereka berjalan menuju kelas.

"Boleh tuh, skuy lah!"

"Telepon dulu nyokap lo, minta izin. Nanti gak usah pulang dulu, langsung ke rumah gue aja takutnya nanti kemaleman."

"Okedeh siap." Gadis itu mengacungkan jempolnya.

"Eh iya, nanti lo ke rumah gue bareng Naka ya. Soalnya gue harus nganter Billy pulang dulu, dia gak bawa motor."

Aira mengerucutkan bibirnya saat mendengar nama anak itu. "Gue naik ojol aja deh. Gak mau bareng Nakaa."

"Ra, biar sekalian. Sayangkan duit lo, mending ditabung buat beli diskonnan." Wira berucap seraya mengusap pucuk kepala gadis itu.

"Iya deh," Ucap Aira pasrah.

***

Naka berjalan gontai menuju pintu kelas setelah bel pulang berbunyi. Ia memijat-mijat perutnya yang tak kunjung membaik. Namun, langkahnya terhenti saat gadis pendek itu menghalangi pintu keluar dengan tatapan tajam kearah Naka. "Apa?" Tanya lelaki itu.

"Pulang bareng!" Ucap Aira tegas.

Naka memicingkan matanya, "Kesambet apa lo? Minta balik bareng gue."

"Gak usah geer, gue mau belajar bareng Wira. Dia nyuruh gue bareng lo."

"Emang si Awiy kemana?"

TANAKA [END]Where stories live. Discover now