[5]BAGASKARA

12.3K 1K 37
                                    

Kerutan didahinya tampak jelas, lelaki itu berusaha menghalau rasa pening dikepalanya. Selimut yang menutupi tubuhnya sampai sebatas dada seolah tak berguna karena hawa dingin tetap terasa menusuk. Tetapi rambutnya sudah lepek oleh keringat. Ia demam.

Setelah mengantar Aira pulang. Naka merasa tubuhnya semakin tidak baik. Pemuda itu tidak langsung beristirahat, Karena ia harus bergelut terlebih dahulu dengan tumpukan buku-buku yang menyebalkan. Belajar dengan kondisi seperti ini memang tidak akan efektif, tetapi keadaan yang memaksanya untuk melakukan itu. Ia harus belajar karena esok ulangan akan menyambutnya.

Naka baru bisa tertidur pukul 03.00 setelah merampungkan tugasnya. Ralat, bukan tidur. Lebih tepatnya hanya memejamkan mata. Karena sampai sekarang anak itu tidak bisa terlelap dengan rasa sakit yang menyiksa tubuhnya.

Belum sempat terlelap, tiba-tiba lelaki itu terbatuk hebat. Ia beringsut bangun kemudian menyandarkan tubuhnya, Naka mengusap-usap dadanya yang mulai terasa nyeri. Ia mengambil minum di atas nakas ketika batuk itu tak kunjung mereda.

Masih dengan posisi bersandar, bocah itu mulai menutup mata. Berharap rasa sakit ditubuhnya akan hilang. Dan besok ia dapat beraktivitas seperti biasanya.

***

"NAKA BALIKIN KANCUT GUE!" Wira berteriak saat Naka dengan watadosnya mengambil barang privasinya di lemari.

"Pinjem wiy, Punya gue habis. Nanti gue balikin." Dengan santainya bocah itu memakai boxer milik kembarannya.

Wira mendengus sebal. "Gue gak sudi ya pake kancut bekas lo. Bisa-bisanya sampe abis, makannya sering-sering nyuci. Bego banget sih."

"Dedek Wira mulutnya minta dicium banget deh. Sopan dikit dong sama gue, gini-gini gue tetep abang lo ya njink."

"Serah." Wira tak mempedulikan ocehan bodoh abangnya. Ia kembali membereskan buku-bukunya untuk dibawa ke sekolah.

"Dih gitu aja ngambek, banci ah."

"BODOAMAT CUNGKRING!"

"LO KOK BODY SHAMING SIH. DASAR SIPIT KURANG AKHLAK!"

"LO JUGA SAMA BANGSAT!"

"IDIH IDIH BAU SUNGUT!"

"BEGO!"

Pertengkaran mereka tidak akan berakhir jika tidak ada yang menengahi. "TANAKA, TANWIRA, BAHASANYA DIJAGA!" Hingga suara menggelegar yang terdengar dari arah dapur itu menghentikan aksi adu mulut si kembar.

"WIRA NIH BUN, MULUTNYA MINTA DI SUNAT."

Yang dituduh malah memukul lengan kembarannya. "Bangsat!" Bocah itu memelankan umpatannya agar tidak terdengar sang Bunda. "BUKAN WIRA BUN, NAKA NIH." Anak itu berteriak membela diri.

"BERISIK! CEPET SARAPAN NANTI KALIAN TELAT."

Wira cepat-cepat membereskan barang-barangnya yang belum sepenuhnya masuk tas. Sedangkan Naka anak itu sudah berlari kekamarnya untuk memakai seragam.

***

"Nih!" Gadis itu menyodorkan jaket hitam pada seorang laki-laki yang sedang menelungkupkan kepalanya.

Bocah itu mengangkat kepala dan mendapatkan seorangg gadis berkuncir kuda yang menatap kearahnya. "Kok pagi-pagi gini udah dateng ra?" Ia bertanya kemudian mengambil jaket yang disodorkan Aira.

Perempuan itu merotasikan matanya. "Suka-suka gue lah."

"Gue ramal nih ya, lu pasti pengen cepet-cepet ketemu gue. Ya kan? Ngaku aja, Ra. primadona sekolah mah udah biasa di kangenin." Naka menaik turunkan alisnya, berusaha menggoda Aira.

TANAKA [END]Where stories live. Discover now