[16]Sakit Apa?

12.4K 1.1K 363
                                    

Tubuh ringkih itu berjalan lunglai dari kamar mandi. Rona pucat cukup kentara diwajahnya. Tangan kirinya ia gunakan untuk mencengkram perut, sedangkan satunya berusaha mencari pegangan untuk membantu menopang tubuh.

Jam dinding disana menunjukkan pukul tiga pagi. Tapi, laki-laki itu masih terjaga akibat rasa tak nyaman pada perutnya. Ini sudah kesekian kalinya ia keluar masuk kamar mandi, membuatnya kesal sendiri.

Hampir tiga hari ia merasakan kondisi seperti ini. Tapi, bocah itu tak pernah peduli dan tak kunjung memeriksakan diri. Dan sekarang, ia merasa kondisinya semakin parah dan tubuhnya semakin lemas.
99 jm kmm
Naka mengambil handphone diatas nakas, kemudian mendudukkan tubuh di pembaringan miliknya. Dengan masih memegangi perut, lelaki itu menekan salah satu nomor kemudian terdengar nada sambung disana.

"Halo!"

"Halo om."

"Ini siapa? Astaga saya ngantuk banget. Ngapain nelpon jam segini."

"Om Reza ih, ini Naka. Masa lupa sama keponokan sendiri."

"Astaga, Naka. Ngapain telepon om jam segini. Om ngantuk banget jadi gak sempet liat nama kontak."

"Emang sekarang jam berapa?"

Terdengar hembusan nafas kasar disebrang sana. "Udah lah gak penting. Sekarang kamu mau apa? Om masih ngantuk mau tidur lagi ini."

"Gabut aja."

"Naka, lama-lama Om santet ya kamu. Gabut gak tahu waktu banget! Pake ganggu orang segala lagi."

Naka terkekeh mendengar itu. "Becanda om."

"Ck, cepet ah ada urusan apa?"

"Itu Om, Om 'kan Dokter. Besok Naka mau konsulator kesehatan bisa gak?"

"Konsulator? Apaan itu?"

"Itu lho, periksa kesehatan."

"Konsultasi bukan konsulator, Tanako!"

"Tanaka Om! kebiasaan suka ganti-ganti nama orang."

"Iya terserah. Emang kamu kenapa?"

"Gak papa sih, cuma diare doang."

"Diare? Udah berapa lama?"

"Kepo! Besok aja Naka ceritanya. Kalo sekarang kasian Om udah ngantuk."

"Ya udah, besok kamu kerumah sakit tempat saya kerja aja. Jam 10 oke?"

"Oke Om. Maaf ya ganggu, Assalamualaikum."

Setelah mendengar jawaban dari Reza. Naka kemudian menutup panggilan telepon itu. Ia mencoba kembali untuk tertidur meski rasa tak nyaman pada perutnya belum juga hilang.

***

Naka menuruni tangga sambil mengurut punggungnya yang kembali terasa nyeri. Luka bekas cambukan sang Ayah beberapa hari yang lalu masih terasa, ngilu pada punggungnya juga tak kunjung mereda.

Ditangga terakhir, manik bocah itu menangkap sosok Wira yang sedang meminum air didapur.

"Wiy, Ayah, Bunda, kemana?" Tanyanya. Ia tak melihat kehadiran Sang Ayah dan Bunda disana. Kemudian bocah itu mendekati kembarannya.

Yang ditanya melirik kearah lawan bicara. "Ke Bandung. Mau kumpul sama temen-temennya. Maklum hari minggu. Gue aja pas turun disuguhin ini." Wira mengacungkan sticky notes warna kuning dengan tulisan, yang disimpan diatas meja makan oleh sang Bunda.

Naka hanya mengangguk mendengar itu. "Eh Wiy, hari ini gue mau main dulu sama temen-temen. Pulangnya paling sore."

"Pantesan udah rapih. Masak dulu dong laper nih."

TANAKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang