[11]Semuanya Mulai Membenci

9.5K 1K 247
                                    


"Ka, dicari Bagas." Aldo datang dengan wajah gamang. Benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi.

Fano dan Alby yang sedang asik tertawa seketika berdiri. Sedikit terkejut mendengar keterangan itu. Bingung juga cemas terpampang dari raut mereka.

Yang dicari dengan wajah santai bertanya, "kenapa?"

Aldo hanya mengangkat bahu sebagai jawaban bahwa ia tak tahu. "Ditungguin diluar." Bocah itu menunjuk pintu.

Naka berdecak. Menutup bukunya kemudian melangkahkan kaki kearah pintu kelas disusul oleh Fano, Aldo, dan Alby. Dilihatnya Bagas dan kedua sahabatnya bersandar pada pintu sembari melipat tangan dengan wajah angkuhnya.

"Apa nyari-nyari?" Naka bertanya saat keduanya sudah saling berhadapan.

Bagas menegakkan tubuh, lalu tersenyum miring kearah anak itu. "Wih, tumben banget nih mukanya gak kalem. Mau ribut apa gimana nih?" Ucapnya diiringi dengan tawa.

"Gue lagi gak mood, Gas. Kalo gak penting gue mau balik lagi," ucapnya seraya memutar badan.

Belum sempat Naka berbalik, bahunya sudah ditarik Bagas dengan cukup keras, yang membuat bocah itu sedikit limbung. Beruntung ia bisa menyeimbangkan tubuhnya. "Mulai songong ya lo sekarang, berani?"

"Biasa aja kali gas. Itu si Naka hampir jatoh anjir!" Alby tak terima dengan perlakuan Bagas pada sahabatnya.

"Si Bagas biasa aja ya. Temen lo tuh yang lembek," Sahut Dio yang merupakan salah satu sahabat Bagas.

Aldo yang tak terima akhirnya menyahut, "Sembarangan lo kalo ngomong banci Perempatan."

Naka menghela nafas. Mood-nya sekarang benar-benar tidak baik. Ditambah lagi dengan kepalanya yang sedaritadi berdenyut hebat. Efek tidak tidur semalaman karena memikirkan Wira. "Mau lo apa gas?" Tanya bocah itu.

"Besok pulang sekolah kita tanding. Tunjukin siapa yang paling hebat didepan semua mata. Gue mau buktiin kalo lo gak pantes jadi kapten basket."

Naka berdecak tak suka. "Udahlah gas, lagian pemilihannya udah selesai. Dan sekarang lo tahu 'kan siapa kaptennya?"

Ya, Naka sudah menjadi kapten basket sekarang. Pemungutan suara sudah dilakukan beberapa hari yang lalu. Dan hasilnya baru kemarin diumumkan. Naka 'pun jelas terkejut saat melihat room chat-nya penuh dengan ucapan selamat atas kemenangannya. Kemarin dirinya tak menghadiri perkumpulan basket. Karena, sibuk dengan urusannya.

"Songong banget bocah lembek!" Bagas menarik kerah seragam anak itu. "Dengerin ini, Lo gak pantes, Ka. dan gue gak terima! Lo pilih mundur sendiri atau kita tanding aja besok. Gak usah lemah! Lo udah berani ngambil semua mata dan perhatian satu sekolah, berarti lo udah siap berurusan sama gue!" Bagas menegaskan dengan raut sangar andalannya.

Naka menatap pasrah kearah Bagas. Andai saja hari ini ia ada tenaga, pasti sudah habis Bagas dengan mulut ceplas-ceplosnya.

"Iya, oke! Besok kita tanding, itu kan mau lo? gak semudah itu buat gue nyerahin jabatan ini ke orang kaya lo." Bocah itu berujar santai dengan wajah andalannya. Kemudian ia menyeringai pada lawan bicara.

Bagas menatap tak suka kearah Naka. Kemudian dilemparnya tubuh anak itu hingga membentur dinding. "Gue tunggu besok!" Kemudian, ia dan kedua sahabatnya berlalu dari hadapan Naka.

Setelah kepergian Bagas. Fano cepat-cepat membantu Naka menegakkan tubuh dibantu oleh Aldo dan Alby. "Ka, gak papa?" Tanya Fano.

Naka hanya mengukir senyum. "Gak papa." Bocah itu berusaha meredam sakit dipunggungnya akibat benturan tadi. "Bantu kedalem lah. Punggung gue sakit anjir."

TANAKA [END]Where stories live. Discover now