[10]Gue Cuma Khawatir

10.8K 1K 205
                                    

follow hehe^^

"Udah sehat lo?" Wira menuruni anak tangga dan bertanya saat netranya menangkap remaja seusianya yang sedang berkutat dengan peralatan dapur. "Mau sekolah?"

Masih dengan kegiatan memasaknya Naka menjawab, "Sekolah lah. Kebanyakan bolos ntar otak gue pindah ke dengkul gimana."

"Otak lo 'kan emang udah di dengkul." Kemudian Wira menghampiri sang saudara

"Kampret."

"Udah sini, gue aja yang masak. Lo sono duduk, baru juga sembuh." Wira berusaha mengambil alih pekerjaan Naka.

Dengan cekatan Naka menghalangi saudaranya yang akan mengambil alih dapur. "Anjir sana lo duduk aja, kalo nggak gue lapor polisi nih"

"Gabut banget sih lo, masalah gini aja sampe lapor polisi." Wira mengerucutkan bibirnya kemudian duduk di ruangan tempat mereka makan.

"Ya makanya jangan main-main sama orang gabut." Kemudian Naka kembali berkutat dengan masakannya.

Naka hanya memasak satu porsi nasi goreng dan itu hanya untuk Wira. Karena pagi ini ia tidak akan sempat memakan sarapan.

Pagi ini bocah itu akan berusaha lebih cepat datang ke sekolah. karena, banyak sekali pelajaran yang belum sempat ia pahami akibat sakitnya kemarin. Berjaga-jaga jika ada ulangan dadakan hari ini.

"Wiy nih makanannya. Nasi goreng lagi, maaf ya. Gue buru-buru banget soalnya. Nanti deh kalo ada waktu gue buatin makanan kesukaan lo." Naka meletakkan piring berisikan nasi goreng dihadapan Wira. "Gue berangkat duluan, Assalamualaikum." Dengan tergesa-gesa bocah itu melangkah keluar.

"Heh! Lo mau naik apa?"

"Bareng Fano. Dadaaaah."

Wira berdecak sebal. Baru saja kemarin bocah itu mengeluhkan masalah pada perutnya. Dan sekarang ia malah mengabaikan sarapannya.

***

"Ka, katanya kemarin lo sakit?" Fano datang dengan Alby dan Aldo yang mengekor dibelakangnya. Kemudian dengan seenaknya bocah itu mendudukkan bokong di meja Naka.

Naka yang sedang fokus mengerjakan soal-soal fisika mengalihkan atensinya pada Fano. "Tahu dari mana?" Bocah itu menatap sahabatnya dengan penuh selidik.

"Wira," jawab Fano singkat.

Naka memutar bola matanya. Kemudian kembali mengembalikan fokusnya pada soal-soal. "Bener-bener minta dioles nodrop congornya si Wira. Lemes banget heran," ujarnya ketus.

"Yeuu, emang seharusnya lo bilang sama kita kalo ada apa-apa. Kitakan besplen lo," Aldo menyahut sambil kembali menyendokkan es krim kedalam mulutnya.

"Bener tuh ka. Kata si Wira lo sakitnya parah kemaren," ujar Alby

Masih dengan es krimnya Aldo menyahut, "Hooh. Katanya demam lo tinggi banget sampe mimisan, terus muntah-muntah juga."

"Halah, hoax semua itu," jawab Naka dengan wajah santai.

Fano yang masih tidak percaya dengan ucapan Naka kemudian meraba dahi bocah itu. "Anjir ini badan lo aja masih anget gini. Kok udah masuk sekolah."

Naka yang merasa risih kemudian menepis tangan Fano. "Gak usah pegang-pegang tangan lo abis cebok. Bau tai."

Fano menoyor kepala Naka. "Sembarangan si kampret."

Alby dan Aldo hanya tertawa melihat tingkah Naka dan Fano. "Eh basket yuk, mumpung masih pagi," ajak Aldo kemudian diangguki oleh Alby dan Fano. "Lo ikut gak ka?" Tanyanya saat melihat Naka yang fokus dengan ponselnya.

TANAKA [END]Where stories live. Discover now