[13]Hukuman Bersama Aira

8.8K 942 235
                                    

Vote and coment yang banyak.

Ini sudah hampir dua minggu dari kejadian Wira masuk rumah sakit. Kehidupan Naka kembali seperti sediakala. Danu tetap menjadi Danu yang dulu, tidak berubah. Kasih sayangnya selalu tercurah, perhatiannya pun tak pernah berubah. Dan semua itu diperuntukkan hanya pada Wira.

Pagi ini sekolah belum cukup ramai. Hanya ada beberapa orang yang datang. Jika kalian melirik kearah lapangan, terlihat lelaki jangkung kurus yang asik mendribble bola orange dan memasukkannya kedalam ring.

Keringat sudah bercucuran. Tapi, bocah itu seolah tak mempedulikannya. Sesekali ia menyibak poni karena rambutnya yang lepek oleh keringat.

"Wih, kapten basket mah beda. Pagi-pagi udah di lapangan aja." Aldo mendekat ke pinggiran lapang, diikuti oleh Fano dan Alby yang mengekor dibelakangnya.

Naka yang sedang asik berlari lari dilapangan mengalihkan netra pada ketiga sahabatnya. "Sini main!" seru bocah itu.

"Udah mau masuk bego. Bukannya ganti seragam lo!" Fano berujar kesal.

Tak mempedulikan ocehan sahabatnya, Bocah itu terus saja memantul mantulkan bola. "Iya, bentar lagi gue ganti."

"Sekarang anjir! Lo mau dihukum gara-gara telat masuk? Pagi ini pelajaran pak kumis," terang Alby.

Pak kumis itu olokan mereka kepada Pak anto, guru matematika. Guru killer yang ditakuti hampir semua murid. Dengan perawakan tinggi dan tubuh sedikit berisi, ditambah kacamata kotak juga kumis tebal yang menghiasi wajahnya.

Naka berdecak sebal, ia memantulkan bola orange itu kesembarang arah. "Yaudah gue mau ganti baju dulu. Kalian duluan aja." Bocah itu melangkahkan kaki menuju loker untuk mengambil seragam cadangan disana.

Setelah mengambil seragam putih abu-abu, Naka melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi. Tak memerlukan waktu lama untuk berganti pakaian. Kini, lelaki itu sudah rapih dengan balutan seragam almamaternya.

Baru saja Naka keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja dirinya dikagetkan dengan guyuran seember air yang sekarang sudah membasahi tubuhnya.

Naka mengusap wajah, dan tatapannya menangkap sosok Bagas yang sedang tertawa cekikikan. "Apaan sih nggos, seneng banget jailin orang."

Bagas menarik nafas berusaha meredam tawanya. "MAMPOOOS."

"Kayanya lo gak ada kerjaan deh. Daripada lo nganggur, mending nyuci piring aja dirumah gue yuk."

Bagas melotot, mulai tersulut emosi dengan tingkah Naka. "Anjing ya lo! Main-main sama gue, Hah?!" Bagas mendekat, menjambak rambut bocah itu cukup keras yang membuat si empu meringis. Naka mengambil kesempatan dalam serangan Bagas. Tanpa fikir panjang, anak itu menggigit lengan lawan. Bagas berteriak kesakitan lalu melepas jambakannya. Dan rerakhir, dengan refleks lelaki berwajah beringas itu menendang tubuh Naka.

"Mati aja lo!" Bagas berteriak.

Naka dengan susah payah berdiri, berusaha menegakkan tubuh. Ia berpegangan pada dinding, menyangga tubuhnya yang akan limbung. Setelahnya, anak itu berlari menjauh agar tidak kembali mendapat serangan dari Bagas. "Kebiasaan banget, kalo ga mukul ya nendang. Masih pagi juga, udah remuk aja badan gue." Naka menggerutu sepanjang jalan, dadanya tak henti ia usap untuk meredam sesak yang menggerayami.

Lelaki itu kembali masuk ke kamar mandi berbeda yang letaknya cukup jauh dari tempat tadi. membuka kembali seragamnya. Kemudian mendiamkan hingga beberapa menit agar tidak terlalu basah. Persetan dengan pak kumis, sekarang ia sudah pasrah jika akan terlambat masuk kelas.

***

"Telat 15 menit, darimana saja kamu?" Naka masuk dengan baju yang sudah tak terlalu basah. Dugaannya benar, Pak Anto pasti sudah memulai pelajaran.

TANAKA [END]Where stories live. Discover now