[7]Lebih Dewasa

10.9K 1K 94
                                    

"Tidur, udah malem."

Konsentrasinya seketika buyar mendengar suara itu. Tangannya yang sedaritatadi bergerak diatas kertaspun terhenti. Netra yang tadinya fokus pada lembaran-lembaran buku kini ia alihkan ke sumber suara.

Dan penglihatannya menangkap sosok remaja seusianya yang berdiri diambang pintu. "Heran, hobi banget ngagetin orang ganteng."

Lelaki yang sedaritadi berdiri di ambang pintu itu melangkahkan kaki memasuki kamar saudaranya. "Cepet tidur!" Perintahnya.

"Iya bentar, dua soal lagi nih," ucapnya kemudian kembali mengerjakan soal itu.

"Gimana tadi bimbel?" Wira menidurkan tubuhnya di ranjang milik Naka.

Masih berkutat dengan tugas-tugasnya anak itu menjawab, "B aja."

Wira menatap kembarannya yang masih fokus di meja belajar. Naka baru pulang pukul setengah sepuluh setelah menyelesaikan bimbelnya. Dan kemudian bocah itu kembali berkutat dengan buku-buku dikamarnya.

Ia tahu, pasti Naka lelah. Tapi anak itu tak pernah menunjukkannya. "Lo gak capek?" Tanya wira.

Naka menutup bukunya setelah selesai mengerjakan tugas. "Ini gak ada apa-apanya dibanding kerja keras Ayah. Iyakan?"

"Ya tapi gak gitu juga."

Naka berjalan kearah ranjang kemudian membaringkan tubuhnya. "Wiy, otak gue tuh gak secepet lo buat nangkep materi. Jadi gue harus belajar ekstra biar otak gue se tingkat sama lo. Biar bisa kaya lo juga yang selalu ngebanggain Ayah."

"Harusnya sih Ayah gak maksa anaknya buat ahli dibidang yang dia mau. Setiap orang itukan punya kemampuannya masing-masing dan gak sama."

"Ayah yang nyari duit, jadi kita sebagai anaknya ya nurut aja."

Wira tersenyum, Naka memang seperti itu. Tak pernah menggerutu dengan semua perintah Ayahnya. Ia tak pernah menjelek-jelekkan Danu, walau sikap Danu yang seperti itu.

"Gue tidur disini ya. Dah Pw males pindah."

"Boleh, tapi awas aja kalo peluk-peluk."

"Gue masih suka betina anjir."

"Kukira dirimu belok dek. gara-gara abangmu ini gantengnya naik level."

"Pekok." Wira menarik selimut kemudian membelakangi kembaranya.

***

"Anjir!" Naka mengumpat saat tiba-tiba ada yang menyiramnya air dari balik mobil ketika ia sedang berjalan ditrotoar.

Mobil itu berhenti tepat di sampingnya. "Jalan kaki? Padahal tadi adek lo bawa motor. Kayanya lo gak dikasih fasilitas ya sama orang tua lo. Kacian banged sih." Itu Bagas. Orang yang tak asing lagi bagi Naka.

"Maklum bro, dia kan gak disayang. Beda banget sama adeknya," sahut sahabatnya dari dalam mobil.

"Dia kan bodo anjir hahaha." Salah satu sohibnya kembali menyahut.

Naka memutar bola matanya malas. Bagas dan sohib-sohibnya itu memang tak pernah berhenti mengganggu Naka. "Teruntuk nggos dan kerabat. Kenapa sih suka banget ganggu cogan." Naka berucap sembari mengusap-usap bajunya yang basah.

"Suka-suka gue lah, napa? Gak seneng?" Bagas tertawa sambil melempar bekas botol Aqua kearah Naka. Kemudian melajukan tunggangannya.

"Dih gak jelas banget sih manusia."

Hari ini Naka berjalan kaki karena memang motornya sedang di sita. Tadi Wira sudah memaksanya berangkat bareng, tapi Naka menolak dengan alasan pengen olahraga pagi.

TANAKA [END]Where stories live. Discover now