[8]Harus kuat

12K 1.1K 252
                                    

Pukul satu dini hari tadi, Naka sudah dibangunkan Elina untuk membantu menata barang-barang yang akan dibawa. Sebenarnya Elina merasa tidak tega pada si sulung. Apalagi saat melihat mata merah juga raut lelah yang terpatri diwajah anak itu saat bangun tidur tadi. Padahal pagi nanti Naka akan sekolah seperti biasanya. Namun apalah daya, Danu memaksanya untuk membangunkan anak itu. Meski beberapa kali Elina menolak, tapi karena sang suami benar-benar keras kepala akhirnya ia menuruti.

Wira sengaja tidak dibangunkan karena Danu melarang keras dengan alasan anak itu pasti lelah dan juga pagi nanti akan sekolah.

Lalu, apakabar dengan Naka. Apa Danu lupa memiliki dua anak yang seumuran? Anak itu pun akan melakukan kegiatan yang sama seperti adiknya pagi nanti. Ia juga lelah setelah beraktivitas seharian dan baru mengistirahatkan tubuhnya beberapa jam yang lalu.

Apa Naka kesal? Tidak!

Bocah itu dengan senang hati membantu kedua orangtuanya. Ia membantu memasukkan koper-koper yang akan dibawa kedalam mobil. Sesekali berceloteh hal-hal konyol yang membuat Elina teratawa, Tetapi tidak dengan Danu.

Setelah keberangkatan Elina dan Danu pukul tiga tadi. Naka tidak kembali tidur. Karena kebiasaannya yang akan sulit untuk kembali terlelap apabila sudah bangun.

Anak itu mulai membersihkan dirinya dan menyibukkan diri dengan membereskan rumah setelah itu memasak untuk sarapan ia dan Wira.

"Loh bang, kok udah bangun?" Wira menuruni anak tangga sambil mengucek matanya, khas orang bangun tidur.

Naka yang sedang berkutat dengan masakannya, menoleh sekilas pada sang Adik yang sudah berdiam di meja makan.

Jangan remehkan kemampuan Naka dalam memasak. Ia memang sudah terbiasa dengan itu saat Ayah dan Bundanya sedang sibuk. Dan mulai hari ini, setiap harinya Naka yang akan melakukan itu.

"Ayah sama Bunda udah berangkat tadi pagi. Jadi sekarang gue yang masak."

Wira mebulatkan matanya mendengar kedua orangtuanya telah berangkat tanpa memberitahu dirinya. "KENAPA GAK BANGUNIN GUE!" Bocah itu berteriak kesal.

"Berisik! Pagi-pagi dah ngegas aja." Naka mulai menata nasi goreng yang telah ia buat diatas meja.

"Ayah gak ngebolehin, Katanya gak tega. Lo pules banget tadi pasti capek." Lanjutnya

"Ya harusnya bangunin aja. Masa gak ada say goodbye dulu sama gue sebelum mereka ke Singapur!" Protes Wira

Naka memutar bola matanya malas. "Bersyukur dong Wiy. Ayah tuh gak mau lo kecapean apalagi sampai sakit. Kurang perhatian apalagi coba Ayah sama lo."

"Terus kenapa lo dibangunin?"

"Karena gue gak capek," ucap Naka santai

'Enggak capek darimana'. Batin wira. Kemarin saja seharian bocah itu tak ada waktu luang sedikitpun. Setelah pulang sekolah Naka latihan basket kemudian tanpa istirahat sedikitpun anak itu langsung bimbel. Dan malamnya ia belajar dikamar sampai pukul sebelas malam.

Wira bergidik membayangkan itu. Kalau dirinya mungkin sudah tumbang melakukan aktivitas sepadat itu.

***

"Laper nih, jajan pentol yuk sahabat," seru Aldo saat bel istirahat terdengar.

"Pentol mulu pikiran lo," sahut Fano

"Yeuu, kaya lo gak mau aja."

"YOJELAS MAU DONG BESPREN. skuy ah." Fano merangkul bahu Aldo yang sudah berada disamping kursinya.

"Lo ikut enggak ka? Daritadi gak mau lepas banget tuh mata dari buku," ujar Alby saat melihat Naka masih fokus dengan bukunya.

Naka yang sedaritadi fokus pada buku bacaan melirik kearah ketiga sahabatnya yang sudah berdiri menunggu. "Duluan aja sana, gue masih belum faham nih materi tadi," ucapnya

TANAKA [END]Where stories live. Discover now