23 - Diam

5.3K 696 33
                                    

23 - Diam

..............................................................








Jungkook gak mau inget apa-apa lagi, ia sudah kepalang emosi. Biasanya jika ia kesal ia akan menumpahkan emosinya dengan marah atau menonjok seseorang. Tapi emosi itu muncul karena Papanya, dia hanya masih kesal. Sangat kesal.

Jungkook duduk mematung, diam tak bergerak, berpindah, bahkan tidak berkata apa-apa setelah Taehyung pingsan.

Bunda dan Ayah Taehyung bawa pulang anaknya waktu Mama Jungkook bilang kalau Taehyung pingsan. Dan Jungkook ada di kamar Taehyung, nunggu kapan Taehyung bangun.

Bunda juga di sana sambil ngompres Taehyung. Dari tadi dia ngajak ngomong Jungkook tapi dia sama sekali gak jawab apa-apa, cuma diem lihatin Taehyung doang. Kedengaran kurang ajar tapi mungkin Jungkook lagi gak mau di ganggu.

"Ardan, jangan ngerasa bersalah gitu. Taehyung emang udah tahu konsekuensinya, dia juga udah tahu kalau bakal gini akhirnya. Jangan jadi beban pribadi." Nasehat Bunda.

Jungkook cuma diem, lagi-lagi gak jawab omongan Bunda. Seakan dunia bisu hanya karena Taehyung yang masih belum buka mata sampai sekarang. Jungkook cemas, dia gak bisa berhenti takut dan berfikiran macam-macam. Padahal ini cuma sakit normal, biasa aja.

Jungkook seperti patung dengan dunia mati. Taehyung gak ada itu artinya mati semua dunia Jungkook.

"Bunda turun, ya? Kalau mau makan turun ke bawah. Nanti kalau Taehyung bangun suruh makan, ada bubur yang udah Bunda buat." Bunda menepuk bahu Jungkook, "Ardan harus sehat biar Taehyung sehat juga." Nasehatnya lagi lalu pergi.

Jungkook hanya berkedip, membisu seketika, padahal Jungkook tipe anak yang cerewet dan banyak omong. Tapi jadi bisu hanya karena satu masalah kecil.

Papa masuk kedalam, Jungkook sama sekali gak peduli, pandangan nya masih sama, terarah ke Taehyung doang.

"Presiden tadi kasih amanat kalau Papa bakal ada tugas di Libanon, besok Papa berangkat." Papa mendekat dan duduk di kursi seberang yang tadi di pakai Bunda Taehyung.

Jungkook hanya diam, seperti bukan Jeon Jungkook.

"Dia, anak cowo pertama yang bikin kamu kayak ginikan, Ardan?" Tanya Papa. "Dia kelihatan lemah."

"Papa tahu dia lemah, tapi kenapa masih mau nguji dia?" Tanya Jungkook, nadanya datar, ia menyimpan sejuta satu amarah di kata-katanya.

"Dari ujian yang ayah kasih, ayah bukan mau lihat dia ngejalanin itu. Tapi ngeliat gimana kamu yang berusaha jaga dia. Dan Papa lihat itu semua." Papa memandang putranya yang hanya terfokus pada Taehyung.

"Kamu abaikan perintah Papa, kamu abaiin kata-kata Papa, cuma buat bantu dia. Dari kamu kecil yang Papa lihat kamu ini disiplin, di didik keras agar jadi cowo tangguh, kamu gak pernah nentang apapun perintah Papa. Ngeliat kamu kayak gini, Papa inget sama hal yang sama Kakek kamu lakuin ke Papa." Papa tersenyum menatap Taehyung yang tertidur pulas di atas kasur.

"Papa ngejalani semua dan Mamamu justru marah sama Kakek dan akhirnya kita berdua sama-sama sakit. Mama ada di samping Papa sewaktu Papa harus bertahan di air selama dua puluh menit.

"Dan kamu, memilih gak peduli sama ujian Papa cuma karena kamu punya tujuan penting, kamu pengen jagain Taehyung." Papa melirik anaknya yang sama sekali tak tersentuh hatinya, tersenyum saja tidak.

"Taehyung memang lemah, Papa gak ngijinin kamu pacaran sama dia bukan berarti Papa gak suka sama Taehyung. Lindungi dia Jungkook, sampai kamu bisa halalin dia buat kamu sendiri." Papa Jungkook mengelus tangan Taehyung lembut.

"Tangannya kecil, dia butuh seseorang menggenggam tangannya agar dia bisa berdiri, tubuhnya lemah agar ia bisa mendapat seseorang yang bisa ngejaga dia sampai dia merasa pantas untuk bersama." Papa akhirnya berdiri, ini mungkin akan jadi waktu yang lama buat lihat putranya lagi.

Jadi di pandanginya wajah Jungkook lekat-lekat dan Taehyung yang tertidur. "Jaga diri sampai Ayah pulang dan lihat kalian sukses." Itu kata-kata terakhir nya.

Papa salah, Jungkook baru menangis setelah ia keluar dari kamar Taehyung. Jungkook menangis cukup lama, ia kesal, lega, sedih, kecewa, senang, tidak tahu bagaimana perasaannya.







. . .
Still TBC







Normal Vs HomoWhere stories live. Discover now