3. Alasan Klise

3.6K 400 24
                                    

Dua anak manusia duduk bersebelahan pada kursi yang disediakan di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua anak manusia duduk bersebelahan pada kursi yang disediakan di kelas. Mereka saling menatap dan sedang membicarakan sesuatu yang lumayan serius.

Si pemuda menjawab pertanyaannya acuh tak acuh sambil sesekali membuat coretan abstrak di kertasnya. Sementara si gadis terus saja melambungkan pertanyaan karena rasa keingintahuannya. Insiden di parkiran tempo hari membuat mereka akhirnya lumayan akur untuk saling membuka diri.

"Jadi, apa alasan kamu pindah jurusan?"

Aqila memberanikan dirinya memulai percakapan dengan Zulfi. Hari ini sang dosen tidak hadir ke kelas, tapi meminta para mahasiswanya untuk membuatkan sebuah puisi.

Meskipun sudah mulai berbincang dengan pemuda ceria itu, Aqila masih tetap mengingat betul koridornya. Tidak boleh salah jalan, takut akan tersungkur lagi. Hatinya masih belum siap untuk jatuh cinta dan percaya begitu saja pada siapapun.

Ruangan kelas tampak lengang karena beberapa mahasiswa memilih mengarang puisi di luar ruang. Agar mudah berimajinasi, katanya. Tinggallah Aqila dan beberapa mahasiswa lainnya yang sedang membuat puisi di dalam ruang.

"Aku pindah jurusan karena seorang dosen," ujar Zulfi sambil menatap kertasnya yang penuh dengan coretan.

Tiba-tiba tingkat keingintahuan Aqila menjadi semakin naik.

"Ada apa dengan dosennya? apa karena tugas?" Tanyanya dengan kernyitan di dahi.

"Nggak juga sih," balasnya santai.

Lalu apa masalahnya? kening Aqila sampai berkerut untuk memikirkannya.

"Dosennya itu gak suka sama aku," balas Zulfi setelah sepersekian detik.

"Kamu jatuh cinta sama dosennya?" tebak Aqila. Gadis itu mulai berasumsi jika ini seperti di drama-drama. Jatuh cinta pada dosen, lalu cintanya ditolak dan berujung pindah jurusan. Aneh sekali pemikiran Aqila kali ini.

"Ya nggak lah. Dosennya cowok kok. Tolong jangan bahas ini lagi, aku gak suka," ujar Zulfi seraya merobek kertas coretan di tangannya.

Oke, catat ini baik-baik. Seorang Zulfi yang periang dan pengganggu tidak suka membahas dosennya. Pasti sesuatu yang berat terjadi padanya sampai ia rela pindah jurusan.

Aqila dan Zulfi sama-sama terdiam. Gadis itu juga malas bertanya lebih jauh meskipun ia merasa penasaran.

"Rumah kamu di mana?" tanya Zulfi setelah sekian lama mereka terdiam. Ia sudah menyelesaikan puisinya yang berisi sekitar delapan baris itu. Sedikit sekali, tapi sepertinya sangat bermakna.

"Aku nggak punya rumah," balas Aqila.

Zulfi menoleh demi menatap gadis berkerudung merah jambu itu. "Jangan bercanda—"

"Iya, aku serius. Sampai saat ini aku tinggal bersama ibuku," jawabnya.

"Yaa kan sama aja," Zulfi mulai sedikit geram.

Salah Terima Khitbah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang