40. Dimana-mana Azara

2.6K 319 46
                                    

"Comel kan baby kita ni," ucap Zulfan yang mengendus pipi mungil sang bayi di gendongannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Comel kan baby kita ni," ucap Zulfan yang mengendus pipi mungil sang bayi di gendongannya. Sementara Aqila dengan bayi di pangkuannya malah tersipu malu. Ia ikut memerhatikan bayi di gendongan suaminya dan bayi di pangkuannya secara berurutan.

"Abang happy sangat, sebab kita dah jadi orang tua," Zulfan sampai mencubit pipi bayi itu saking gemasnya. Langsung saja bayi itu menangis keras karena rasa sakit di wajahnya.

"Bang Zulfan jangan dicubit anak orang!" Seketika lamunan Zulfan buyar ketika teriakan Aqila menggema di ruangan dengan dinding bercat putih bersih itu.

Perempuan dan lelaki di atas brankar ikut terkejut. Zulfan mengusap pelan pipi bayi tadi dengan jempolnya, hingga tangisan bayi itu mereda.

"Sorry sorry. Saya lupa," Zulfan melirik orang tua si bayi dengan penuh rasa bersalah.

"Nggak papa, Pak," Syafie yang membalas. Lelaki itu hanya tersenyum saja, ia tahu Zulfan tidak sengaja mencubit bayinya yang baru lahir beberapa jam lalu.

"Kayaknya bayinya mau istirahat deh," ujar seorang wanita bercadar yang sedari tadi hanya diam dengan posisi berbaring di atas brankar. Ia baru saja menghabiskan energi untuk mengeluarkan dua bayi mungil itu secara normal.

Syafie yang tadinya duduk di pinggir brankar, kini menghampiri Aqila dan Zulfa di sofa. Ia dengan hati-hati meraih si mungil dari Zulfan dan membawanya tidur di kasur bayi. Sementara Aqila ikut membawa bayi satunya ke kasur itu untuk ditidurkan juga.

Beruntung sekali Syafie dianugerahi bayi kembar, sepasang pula. Membuat Zulfan juga ingin segera memilikinya. Sedari pertama memasuki ruangan itu Zulfan menyenggol lengan Aqila untuk mengungkapkan rasa suka dan ingin segera memiliki bayi.

"Aqila harus kasih bayi dong, buat pak Zulfan. Mau aku kasih kitabnya biar kamu belajar?" Bisik Syafie seraya menidurkan sang bayi.

"Emang ada kitabnya juga?" Tanya Aqila pada lelaki yang sudah belasan tahun menimba ilmu di pesantren itu.

"Kamu pikir anak pesantren itu sepolos yang dilihat? Kalau di pesantren, belajar langsung dari sumbernya bukan nonton situs-situs terlarang,"

"Jangan sekarang deh," Aqila menggigit bibir. Bayi-bayi itu memang sungguh menggiurkan. Namun, ia tidak siap sama sekali, walaupun ia suka ketika melihat betapa indahnya karunia Allah di depan matanya saat ini.

Setelah lama berbincang, Aqila dan Zulfan pamit pulang. Tak lupa Zulfan menghadiahi bayi itu kado yang telah mereka persiapkan ketika berangkat tadi.

"Maaf ya kadonya cuma satu, nggak tau kalau bayinya kembar," ujar Aqila pada istri Syafie. Wanita itu tersenyum. Walaupun tertutup cadar, Aqila bisa melihat sudut matanya yang agak tertarik karena tersenyum pada Aqila.

Begitu keluar menyusuri koridor, seseorang memanggil Zulfan dari belakang. Zulfan menoleh, begitupun dengan Aqila.

Perempuan yang sebaya dengan Aqila itu menyunggingkan senyum. Sementara Aqila menyipitkan matanya karena tak suka. Dia Azara.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now