16. Luka

2.3K 284 61
                                    

Menghapus tinta yang pernah kau lukis
Di kanvas hatiku

Merobek semua bayangan yang tampak
Di relung sukmaku.

Ego t'lah menghasutku tuk kembali padamu

Namun logika berkata baiknya ku menjauh

Terdengar alunan lagu 'Lara' beriringan dengan gitar akustik yang dibawakan Zulfan. Di malam tanpa bintang itu Zulfan mencoba berdamai dengan jiwanya.

Kekecewaan yang luar biasa masih mendominasi, tetapi masa lalunya dengan gampang mengajak ia untuk kembali bersama.

"Aku menyesal karena udah nggak setia sama kamu," ujar Azara pada Zulfan ketika tanpa sengaja mereka bertemu di parkiran pada hari pernikahan Hakim.  Saat itu Zulfan sedang menunggu adiknya untuk pulang.

Rahang lelaki itu mengeras mendengar curhatan Azara yang tak ingin diketahuinya. "Tapi aku tak pernah menyesal sebab dah clash dengan kamu!" balas Zulfan murka.

"Sekarang kamu berubah. Kamu bukan lagi Zulfan yang aku kenal. Dulu tutur kata kamu begitu lembut dan meneduhkan," ujar Azara sedih.

"Ya, tu dulu lah! Dulu sebelum aku dikhianati. Kamu tahu tak, sebab kamu, aku dah jadi macam ni. Sebab kamu, aku tak suka perempuan, aku benci tiap kali tengok perempuan. Sebab kamu juga, aku dah tak boleh rasakan jatuh cinta. Hati aku dah mati. Aku sakit. Kamu faham tak?

"Aku dekat Malaysia tiap-tiap hari belajar, karena aku nak jadi bakal suami dan ayah yang pintar untuk istri dan anakku nanti. Aku saja belajar masak biar aku boleh tolongkan istriku nanti. Aku belajar berhemat, and banyak lagi benda yang aku belajar untuk siapkan diri aku ketika pulang dan melamar kamu. Tapi apa yang kamu bagi dekat aku? kamu curang! Kamu patahkan hati aku, kamu buat aku macam orang gila!!" teriak Zulfan menjelaskan betapa sakitnya ia saat itu.

Azara terdiam. Kesalahan yang ia ciptakan cukup banyak. Harusnya dirinya tidak seegois itu.

"Karena aku yang udah buat kamu begini, gimana kalau kita balikan, buat nyembuhin hati kamu?" tanya Azara walaupun ia sadar itu semua tidak mungkin.

Zulfan tertawa miris. "Apa? you nak kita get back? macam tu jer? kamu tak tau malu ke?"

"Aku bener-bener minta maaf karena udah nyakitin kamu. Aku pengen perbaiki semuanya," kata Azara sembari meraih tangan Zulfan. Cepat-cepat lelaki itu menepisnya.

"Azara Maharani!! luka yang dah kamu bagi ni, dekat hati aku ni, dah tak boleh sembuh lagi. And tak de ubat yang boleh sembuhkan dia." ujar Zulfan sembari menunjuk-nunjuk dadanya. Tatapannya semakin menusuk dan tersirat kekecewaan mendalam sana.

"Aku nak, kamu belah dari hadapan aku. Jangan nak muncul-muncul lagi dalam kehidupan aku. Kamu mesti tahu satu hal, aku tak pernah sentuh perempuan, dan aku jijik dengan perempuan yang sudah disentuh orang. So, kamu rasa masih pantas untuk aku?"

Azara menangis, lalu berlarian menjauh dari sana. Kata-kata Zulfan membuatnya terenyuh. Namun, untuk menyesal sudah tidak ada guna.

"Abang!"

Zulfi datang secara tiba-tiba dan mengagetkan Zulfan. Lelaki itu memperhatikan raut muka abangnya yang terkesan sedang tidak baik-baik saja. Zulfan nampak menghapus sudut matanya.

"Abang habis nangis? pasti sakit banget apa yang Abang alami," tebak Zulfi.

"Tak de la," Zulfan masih saja mengelak.

Salah Terima Khitbah ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora