34. Niat

2.4K 294 75
                                    

Pintu kamar mandi terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pintu kamar mandi terbuka. Tampak sosok pria tampan dengan mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Lelaki itu berjalan menuju lemari untuk mencari pakaian sembari mengeringkan rambutnya yang basah.

Baju koko dan sarung kotak-kotak menjadi pilihannya untuk menuju masjid yang sebentar lagi akan azan Subuh. Biasanya, ia akan tiba di masjid setengah jam sebelum waktu salat untuk membantu marbot membentang sajadah maupun mempersiapkan keperluan lainnya.

Lelaki itu melirik ke tempat tidur. Tampak istrinya tertidur pulas. Setelah memakai peci, ia mendekati ranjang untuk membangunkan perempuan itu.

"Qila, bangun!" Ujarnya sambil memukul pelan bahu istrinya dengan guling. Ia takut wudhunya batal kalau bersentuhan secara langsung seandainya perempuan itu melakukan pergerakan.

Memang benar, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa menyentuh istri tidak akan membatalkan wudu. Namun, Zulfan berpegang teguh pada mazhab Asy-Syafi'i. Tidak boleh menyentuh orang yang diperbolehkan untuk dinikahi, karena akan membatalkan air sembahyang.

Aqila tidak kunjung bangun, matanya masih enggan untuk dibuka. Ia menarik selimut tebal menutup badannya. Hawa dingin semakin terasa di subuh itu.

"Bangun la! Abang nak pigi surau ni. Awak jangan lupa solat ya!" Zulfan memperingatkan sebelum benar-benar keluar kamar.

Pria itu menuruni tangga dengan langkah terburu-buru karena sudah terlambat. Butuh waktu sekitar tiga menit untuk sampai ke masjid komplek. Toh, cuma didekat rumahnya.

Tampak di masjid itu sudah berdiri bapak-bapak karena Iqamah akan berlangsung sebentar lagi. Sang imam juga sudah berdiri di deret terdepan.

Namun, mereka semua menatap Zulfan dengan saksama sembari mengulurkan senyum yang tidak bisa Zulfan mengerti. Memang apa yang salah dengannya? Biasanya juga mereka sibuk mengurus diri sendiri.

"Pengantin baru telat ke masjid nih," tegur seorang lelaki paruh baya ketika Zulfan berdiri di sebelahnya. Sekarang barulah Zulfan mengerti maksud senyum barusan.

Zulfan berusaha tidak menanggapi, tetapi ayahnya tidak bisa diajak kerja sama.

"Maklumi saja, Bapak-bapak, namanya juga pengantin baru," balas Alamsyah sambil tersenyum penuh arti. Beberapa orang lainnya juga ikut tersenyum.

"Hayo ... kenapa telat ke masjid?" Tanya lelaki paruh baya tadi.

"Dah Iqamah, janganlah cakap lagi," lirih Zulfan agar mereka tidak menggodanya.

***
Sekembalinya dari masjid, Zulfan mendapati sosok Aqila masih tertidur lena. Zulfan geleng-geleng kepala sambil berdecak pelan.

"Ya Allah ya Rabbi, Abang fikir awak dah solat dah. Bangun cepat! Dah terang ni!"

Hening. Aqila masih diam tanpa ada pergerakan.

"Awak, kenapa tak bangun lagi? Hei!"

"Mak cik, bangun la! Nanti kalau awak dah solat, tidurlah puas-puas!" Kata Zulfan sembari menggoncang tubuh Aqila.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now