36. Kita

2.2K 262 48
                                    

Usai melipat mukena yang digunakan untuk salat Subuh, Aqila mengenakan rok panjang dan kerudung. Ia melangkahkan kaki jenjangnya menuruni tangga demi membantu Mariah yang sedang memasak sarapan.

"Wah wah, Ummi selalu pake kerudung walaupun lagi di rumah?" Ujar Aqila begitu tiba di dapur.

Mariah tersenyum pelan, lalu kembali mengupas bawang merah dan mempersiapkan bahan lainnya untuk dibuatkan nasi goreng.

"Zulfan nggak akan makan tiga hari tiga malam kalau di dalam makanan terdapat rambut yang rontok, walaupun sehelai saja," Mariah bercerita.

"Tapi Ummi kalau ngapa-ngapain juga pake kerudung ...." Kata Aqila keheranan.

"Itu ... biar nggak repot kalau sesekali keluar rumah buat nyiram bunga atau menyapu halaman,"

Aqila hanya mengangguk pelan mendengar alasan Mariah walaupun ia belum begitu puas dengan jawaban wanita paruh baya itu.

"Ummi ...."

"Oh ya, mumpung kamu lagi ada di sini, Ummi minta tolong masakin nasi buat Zulfan ya! Masaknya harus dalam panci karena Zulfan nggak suka nasi dari rice cooker," Mariah memotong.

Aqila melongo mendengar apa yang Mariah katakan. Tercatat dalam sejarah, Zulfan berhasil mencetak rekor sebagai lelaki paling ribet dalam hidup Aqila.

"Oke, Ummi."

Aqila mulai mencuci beras yang akan dimasak untuk suami idaman orang-orang diluar sana. Aqila heran, entah kenapa banyak mahasiswi dari kampusnya yang suka dengan Zulfan. Mereka belum tahu saja jika Zulfan itu begitu merepotkan.

"Jadi Ummi setiap hari harus masak nasi terpisah untuk bang Zulfan juga?"

Mariah menghela napas. "Iya, kadang-kadang Ummi akalin. Setelah masakin nasi di rice cooker, baru deh nasinya Ummi pindahin ke panci. Yang penting Zulfan ngambil nasinya bukan dari rice cooker," cerita wanita yang umurnya hampir setengah abad itu. Dapat terlihat bahwa selama ini Mariah juga sedikit repot dengan Zulfan yang terlalu tradisional.

"Kalau masakan favorit bang Zulfan apa, Mi?"

"Dia akan makan apapun yang Ummi masak. Entah gak berani protes atau gimana. Tapi kalau Ummi perhatikan, dia suka sayur-sayuran gitu,"

"Oh gitu?" Aqila manggut-manggut sambil tersenyum miring. Ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan belajar memasak sayur setelah tahu semua ini. Supaya Zulfan tidak menyuruhnya memasak.

"Capek nggak sih, Mi, menghadapi orang kayak bang Zulfan?" Tanya Aqila lagi.

Mariah yang akan menyalakan blender, menghentikan aksinya. "Mungkin karena udah terbiasa, makanya gak terasa lagi. Kalau Ummi nggak masak dan pesan makanan dari luar, Zulfan malah gak makan. Kasian juga kalau liat dia harus masak sendiri," ungkap Mariah sembari tersenyum tipis.

"Ummi kok baik banget sih? Beruntung banget ya bang Zulfan dapat ibu kayak Ummi," kata Aqila kagum. Mariah tertawa pelan walaupun suaranya tidak kedengaran karena kalah dari bunyi blender yang mulai beroperasi.

Lima menit setelah itu suasana dapur kembali hening karena bumbu-bumbu untuk nasi goreng sudah dihaluskan sempurna.

"Kalau Zulfi ...."

Aqila yang hendak menyalakan kompor tiba-tiba terhenti pergerakannya ketika Mariah menyebut nama itu.

"Zulfi lebih parah lagi, anaknya nggak tetap pendirian,"

"Oh ya?" Aqila merespon ucapan sang mertua. Walaupun ia tidak begitu ingin mendengar cerita tentang Zulfi, tetapi dirinya harus menghargai Mariah. Mungkin wanita paruh baya yang mengenakan kerudung biru itu sedang rindu dengan anak kesayangannya.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now