9. Harus Tegas

2.7K 331 27
                                    

Zulfan duduk dengan gelisah pada salah satu kursi yang disediakan di cafe. Sesekali ia melirik Aqila, eh, arlojinya yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Gadis yang ditunggu masih belum menampakkan batang hidungnya.

Kopi susu yang dipesannya sudah setengah diminum saking bosannya ia menunggu.

"Haa sampai pun!" ujar Zulfan ketika melihat Aqila sudah berada di hadapannya. Peluh membanjiri kening gadis itu. "Nak order minum ke, apa ke?" tanya Zulfan panik ketika mendengar helaan nafas Aqila yang ngos-ngosan.

Aqila menggeleng.

Setelah merasa Aqila sedikit tenang, Pria itu memulai aksinya.

"So, yang pertama sekali, awak dah lambat. Kenapa boleh lambat? awak sengaja ke, biar awak jadi wife saya?"

Aqila menatap sinis dituduh seperti itu. Pasalnya ia baru saja dari toko perhiasan. Maka dari itu ia terlambat sampai ke cafe.

"Pak, saya cuma telat dua puluh sekon. Belum satu menit lho, Pak!" bantah gadis itu.

"No. Ini langsung tak sesuai perjanjian. Saya dah kata awal-awal, make sure tak boleh lambat satu minit pun!"

"Abang! please jangan buat Aqila begini! kenapa abang melibatkan Aqila?"

"Woooww superhero dah sampai rupanya?" kata Zulfan sembari menepuk tangan ketika melihat sang adik yang tiba-tiba datang entah dari mana. Zulfi menampakkan wajah marahnya seketika.

"Kalau abang punya masalah dengan aku, ayo kita selesaikan! jangan libatkan Aqila. Dia nggak tau apa-apa,"

"Semestinya kamu tak payah nak masuk campur, Zulfianda," sela Zulfan dengan segera.

Aqila menghela nafas berat. Sejujurnya dia begitu kesal karena sudah masuk kedalam permainan dua anak manusia di hadapannya kali ini.

Kotak cincin Aqila keluarkan, lalu menaruhnya di meja. "Mending Bapak ambil cincinnya. Saya mau pamit," ujar Aqila sembari bangkit.

"No no no! siapa yang minta awak balik, hah?" tatapan Zulfan begitu tajam pada Aqila. Itu membuat Zulfi semakin geram.

"Abang!!"

"Saya nak pastikan yang ni betul cincin yang saya bagi,"

Tangan Zulfan terangkat untuk membuka kotak cincin yang disodorkan Aqila. Setelah mengamati sepersekian detik, lelaki itu menaruh cincin tersebut di atas meja kembali.

"Yang ni bukan cincin saya,"

Aqila dan Zulfi saling pandang. Padahal mereka sudah mencarikan toko dan cincin yang sama persis agar tidak ketahuan oleh Zulfan bahwa cincin tunangan itu telah hilang. Dengan bermodalkan uang dari Zulfi, mereka rela bolos kuliah untuk mencarikan cincin baru untuk diserahkan pada Zulfan sebagai syarat batalnya pertunangan.

"Cincin yang saya bagi, ada nama awak dekat sana,"

"Cincinnya hilang, jadi saya tukar dengan yang baru," Aqila bersuara.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now