15. Overdosis

2.1K 286 74
                                    

Aqila membuka mata. Kepalanya berdenyut tak karuan. Ia kaget ketika mendapati dirinya tengah berbaring di sebuah kamar, entah milik siapa, yang jelas bukan kamarnya.

Seorang perempuan sebaya dengan Aqila memasuki kamar itu. Dia cantik, tapi tatapannya sama sekali tidak bersahabat.

"Sadar juga lo!" kata gadis itu dengan suara yang terdengar seperti ibu tiri.

Aqila memilih duduk. Ia memijit keningnya yang sakit. Ingatan demi ingatan bermunculan kembali, sampai pada momen ia berteriak pada Hakim sebagai bentuk protes bahwa ia tidak suka Zulfan ikut hadir di acara itu.

Kekesalan Aqila tiba-tiba muncul ketika mengingat nama Zulfan. Lelaki itu selalu saja menganggu dirinya, entah apa motifnya, Aqila tidak tahu.

"Lo itu bodoh atau gimana? kenapa gak jawab?" kesal gadis berkebaya cream dengan rok songket itu. Pakaiannya bukan menutup aurat, tapi membungkus.

"Ni orang siapa, lagi. Bikin tambah puyeng!"

"Gue Azara." terangnya.

"Eh, gue mau tanya sama lo. Lo ada hubungan apa sama Zulfan?" tanya perempuan yang mengaku bernama Azara itu.

"Kamu siapa sih? gak sopan banget, pake manggil lo-gue sembarangan!" kesal Aqila.

"Denger ya, Zulfan itu punya gue. Jangan coba-coba cari perhatian dia. Orang miskin kayak lo itu gak pantes buat Zulfan." tutur perempuan itu tanpa mengindahkan perkataan Aqila.

Mendengar pernyataan perempuan itu, kesadaran Aqila terkumpul sempurna. Ternyata gadis di hadapannya itu memang cari gara-gara dengan Aqila. Bukan Aqila namanya kalau terima ketika dikucilkan oleh orang lain.

"Heh, manusia! lo mikir gak sih? lo nggak usah ngatain gue napa? lo pikir lo udah wow? gue tau, sling bag dan high heels yang lo pake itu KW! gue kasih tau ya, gue sama pak Zulfan itu gak ada hubungan apa-apa. Ngomong-ngomong, kalian berdua itu cocok. Banget malahan!!!"

"Ya, kami memang serasi," ujar Azara dengan bangganya.

"Lo kesini cuma buat bilang itu? udah? mending lo keluar." suruh Aqila.

"Eh enak aja! ini rumah gue! gue tetangganya bang Hakim. Tadi lo dibawa kesini biar bisa istirahat yang tenang karena di sana lagi rame. Lo yang keluar sana." tukas Azara.

Akhirnya Aqila turun dari ranjang king size itu untuk melesat pergi. Kepalanya semakin pusing berhadapan dengan Azara. Ternyata inilah pasangan Zulfan yang cocok, yaitu sama-sama sakit jiwa, pikir Aqila.

"Makasih atas tumpangannya," ujar Aqila sebelum benar-benar beranjak pergi.

"Lo ingat baik-baik pesan gue tadi. Zulfan itu punya gue. Gue bakal ngelakuin apa aja kalau ada yang berusaha merebutnya."

"Gue kasih tau juga nih sama lo, kalau lo ada hubungan sama dia, lo jaga dia baik-baik bukan malah serang gue yang gak tau apa-apa. Jangan kayak di FTV main melabrak aja, norak tau nggak?" kesal Aqila lalu membanting pintu kamar dengan keras sampai terdengar bedebam nyaring.

Aqila keluar dari rumah yang ternyata bersebelahan dengan rumah bosnya. Di pintu depan sudah ada Zulfi dengan sebotol air mineral di tangannya. Tatapannya begitu teduh memandang Aqila yang rapuh.

"Udah sadar? nih, minum dulu" ujar lelaki itu sambil menyodorkan botol yang sedari tadi dipegangnya. Zulfi sudah siap siaga demi orang terkasihnya.

Aqila nampak menyeka air mata, membuat Zulfi panik seketika. "Kenapa? masih ada yang sakit?" tanyanya khawatir. Aqila tidak menjawab, tapi malah sesenggukan.

"Qila, are you oke?"

Melihat Aqila sedang tidak baik-baik saja, Zulfi mengajak gadis itu untuk mengobrol. Tak jauh dari sana ada sebuah pohon cemara besar. Mereka duduk di bawah sana demi mencari ketenangan dari ingar-bingar acara resepsi di sebelah rumah Azara.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now