31. Sidang Munakahat

2K 250 84
                                    

Assalamu'alaikum, teman-teman...

Jangan lupa vote, komen, follow dan share link cerita ini.

Terima kasih buat kalian yang sudah membaca dan menanti setiap lanjutan cerita ini. I love you 🌹
Semoga Allah memudahkan urusan kalian

 I love you 🌹Semoga Allah memudahkan urusan kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Matahari lumayan terik di pagi menjelang siang itu. Orang-orang tampak lalu-lalang melangkah menuju tempat tujuan.

Aqila menyeka peluh di pelipisnya begitu ia tiba di kantin. Dari kejauhan, Aqila melihat Zulfi yang seketika berdiri ketika menyadari keberadaannya.

Zulfi mempersilakan Aqila untuk duduk setelah meminggirkan cangkir kopi bekas minumnya di meja itu.

"Udah lama? Sorry aku banyak urusan yang jauh lebih penting," ujar Aqila yang terkesan menyindir. Gadis itu melepas ranselnya yang lumayan berat berisi laptop dan skripsi yang baru saja ia print.

"Lumayan, satu jam lalu. Maaf karena udah menyita waktu kamu," balas Zulfi tidak enakan. Entah kenapa, setelah lama tidak saling mengobrol, pertemuan mereka kali ini terkesan begitu canggung. Antara mereka bagaikan dua orang asing. Semua ini terjadi karena Zulfi terus saja menghindari Aqila semenjak mereka pulang KPM.

Aqila melirik arloji di lengannya yang ternyata sudah menunjukkan jam sebelas lewat lima menit. Sebenarnya mereka janjian pada jam sepuluh.

Aqila datang terlambat karena tadi malam ia terus menangis sampai pagi, untuk sekadar memejamkan mata ia kesulitan. Hatinya didera kesedihan. Usai salat subuh gadis itu tertidur di atas sajadah dan berakhir dengan bangun kesiangan.

"Mau pesan minum dulu?" Tawar Zulfi memecahkan keheningan.

"Gak usah, langsung aja." Balas Aqila cuek.

Zulfi menatap ke sekeliling kantin yang nyatanya tidak ramai pengunjung. Di jam-jam seperti ini rata-rata mahasiswa sedang ada kelas. Kalaupun ada jam kosong, biasanya para mahasiswa akan kembali ke kos terdekat milik teman mereka untuk beristirahat.

"Ada apa kamu ajak aku ketemu?" Tanya Aqila to the point.

Zulfi menghela napas panjang, lalu menumpukan tangannya di atas meja kantin. Sambil merunduk, ia melayangkan sebuah pertanyaan pada Aqila. "Ke-kenapa kamu terima lamaran itu?" Seakan Zulfi frustasi dengan pertanyaan yang sama di tahun lalu.

Aqila memilih diam tanpa menjawab sepatah kata. Gadis itu sudah menduga hal ini akan terulang. Zulfi baru mau bertindak jika Aqila sudah bertunangan dengan orang lain.

Zulfi kembali bersuara. "Aku yakin kamu pasti nggak lupa dengan setiap usaha aku selama ini,"

"Usaha untuk membodohi aku? Jelas aku nggak lupa. Aku sama sekali nggak lupa dengan setiap rayuan maut lelaki buaya seperti kamu. Janji-janji manis kamu juga tertulis indah di buku catatanku," seloroh Aqila dengan nada naik satu oktaf.

Salah Terima Khitbah ✔Where stories live. Discover now