AMY 17

98 8 0
                                    

"Dasar pembohong! Semua laki laki sama saja. Manis di bibir saja,"gerutu Larissa saat menutup pintu kamarnya.

Larissa berjalan menuju kulkas yang berada dikamarnya, kemudian mengeluarkan Ice Cream. Disaat ia kesal dan stress obat penenangnya itu Ice Cream, untungnya saja Larissa tidak gampang gemuk, sebanyak apapun ia makan.

---

Malam berganti pagi. Nathan memperhatikan Larissa yang tidur lelap dengan penuh kasih sayang. Masih dalam tidurnya, Larissa membalikkan badan.

Tak ingin hanya melihat punggung gadis itu, Nathan menarik Larissa dan menyelipkan tangan ke bawah kepala Larissa untuk memeluknya.

Masih terlelap, Larissa malah meringkuk lebih dekat ke pelukan Nathan. Nathan baru bisa tidur lagi, setelah memastikan Larissa benar benar tertidur.

Akhirnya Larissa bangun dan melihat Nathan sudah tak di sisinya lagi. Ia menggeliat, meregangkan tubuhnya namun tangannya mengenai sesuatu. Ia menoleh dan baru sadar kalau dari tadi Nathan memandanginya dari sisi lainnya.

Larissa malu dan menarik selimutnya lagi. Tapi Nathan malah ikut-ikutan menarik selimut dan masuk ke dalamanya.

Setelah mandi, Larissa ditarik Nathan yang ingin mengeringkan rambutnya. Tapi handuk yang menutupi kepala Larissa Nathan tergoda untuk mencium bibir Larissa lagi.

Sayangnya, Larisaa keburu menarik handuk itu dan ketahuan.

Sekarang gantian Nathan seperti tak mau lepas darinya. Nathan tak malu untuk selalu memeluk Larissa dari belakang.
--
Larissa turun kebawah untuk mengambil cemilan, karena cemilan dikamarnya sidah habis. Lalu ia mendengar suara berisik diruang tamu. Dengan rasa penasaran Larissa berjalan menuju kesumber suara tersebut.

Ia mendapati Nathan menghajar, seseorang ada dua kemungkinan itu anak buahnya atau seseorang yang ingin menghancurkan Nathan.

Nathan menghajar orang tersebut secara membabi buta. Larissa baru tahu salah satu sifat asli Nathan itu Kasar dan tidak ada kata ampun bagi siapapun yang mengusiknya.

Tapi orang itu punya hak untuk hidup. Larissa kasihan dengan orang itu. "JONATHAN HENTIKAN!!"teriak Larissa. Membjat Nathan menghentikan aksinya.

"Bawah dia. Kalian yang lanjutkan,"perintah Nathan kepada anak buahnya.

"Sayang, kenapa turun? Aku sudah bilang, kalau perlu sesuatu telpon aku. Muka kamu puncat sekali, sayang. Aku panggilkan dokter ya?"ucap Nathan Lembut, sambil mengusap lembut pipi pucat Larissa.

"Aku kecewa sama kamu!"teriak Larissa, kemudian berbalik perg meninggalkan Nathan.

Nathan bingung sekaligus terkejut dengan ucapan Larissa barusan. Lalu Nathan menyusul Larissa.

Saat sampai dikamar, ia mendapati Larissa sudah berbaring.

"Larissa dengar..,"Nathan diam saat melihat wanita itu malah memutar tubuhnya ke arah lain sambil menutup telinga dengan kedua tangannya.

"Aku tidak suka kau begitu! Kau pikir aku suka dengan sikap mu Nathan?"balas Larissa cepat sambil mencondongkan tubuhnya menatap penuh ke arah pria tersebut.

"Larissa kau harus mengerti!"
"Apa? Mengerti? Kau terlalu egois Nathan. Hanya kau ingin dimengerti,"

"Aku hanya memberinya pelajaran,"

"Pelajaran? Kau pikir ini sekolah? Kau belajar di mana dengan memukul seseorang hingga nyaris mati dan orang itu akan mendapatkan pelajaran!"

"Aku sedang tidak ingin berdebat dengan mu Larissa!"bantah Jonathan menggeram sambil mengepal kedua tangannya kuat-kuat.

"Kau pikir aku suka? Jonathan, kau baru saja memukul seseorang dan apa kau tidak merasa bersalah sedikitpun? Hanya sekadar empati!"

"Larissa dengar..,"

"Tidak! Aku tidak ingin dengar penjelasan mu! Kau bukan Nathan yang aku kenal,"Larissa , lalu membelakangi Nathan.
---

Nathan mengajak Larissa makan siang di restoran bintang Lima, sebagai permintaan maafnya kepada Larissa. Nathan sudah tidak sanggup lagi, ia didiamkan seperti ini.

Dengan susah payah Nathan membujuk Larissa untuk memaafkannya. Dan ini satu satunya cara, agar ia dimaafkan.

Nathan sudah tidak heran lagi, melihat jumlah porsi makan Larissa yang banyak.

"Enak?"tanya Nathan melihat Larissa begitu lahap makannya. Walau wajahnya sedikit pucat. Larissa mengaguk cepat, tanpa melihat kearah Nathan.

Nathan senang, pelan pelan Larissa sudah mau bicara dengannya. Saat asik makan, seketika Restoran tersebut dikepung oleh orang tidak dikenal.

Salah satu orang tersebut memakai rompi yang berisi bom. Nathan segera menghubungi Alvaro, untuk menyiapkan mobil. Ia harus menyelamatkan Larissa terlebih dahulu.

"Itu bom,"lirih Larissa.

Semua pengungjung Restoran, bersembunyi dibawah meja, karena ketakutan. Larissa ingin bernegosiasi dengan orang tersebut agar tenaga.

Tapi tidak membuahkan hasil. Suasana direstauran tersebut, tegang dan menakutkan, salah sedikit saja bisa bahaya.

Larissa berdiri, meneangkan para pengunjung. Agar tetap tenang dan jangan panik. Lalu pelayan yang tidak jauh dari meminta agar mengevakuasi semuanya.

Awalnya Nathan mencegah Larissa untuk ikut campur. Tapi dengan tatapan tajam Larissa berkata.

"Urusan kita belum selesai!"lalu menepis tangan Nathan yang memegangnya tadi.

Setelah semuanya aman. Pria yang mengenakan rompi bom tersebut menarik Larissa. Nathan melihat itu dengan sigap mengeluarkan pistol yang ia bawa setiap saat untuk berjaga jaga.

"Nathan No! Jangan gegabah. Oke, aku baik baik saja tenang,"ucap Larissa meneangkan Nathan. Disaat seperti ini Nathan tidak bisa berpikir, dan bersikap tenang, apalagi ini menyangkut keselamatan Larissa.

"Hari ini, akan menjadi hari kematian orang yang kau cintai ini Mr. Park,"ucap Pria itu tertawa Lantang.

To Be Countinued...

AFTER MET YOU [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora