AMY 18

100 8 0
                                    

"Siapa yang menyuruhmu?"Nathan dengan tatapan membunuhnya. Pria itu tertawa lagi.

Nathan semakin geram, ketika melihat waktu yang berada pada rompi tersebut tinggal 6 menit lagi.

Alvaro datang, lalu Nathan memberi isyarat untuk menyelamatkan Larissa dari pria itu. Lalu Nathan yang akan membereskan pria tesebut.

"Jika aku terbunuh, tetap lindungi Larissa!"ucap pria itu dengan nada suara tegas.
"Jonathan, apa yang kau katakan?" Alvaro melangkah dan berdiri di depan Nathan, menatap dalam-dalam untuk memahami.

"Aku harus memastikan, apapun yang terjadi dia harus aman!"ucapnya.

Nathan yang tadinya mencoba menghindari ledakan bom terpaksa melompat agar pergerakan mereka lebih cepat.

"kau baik baik saja?"tanya Alvaro dengan suara serak dan memegang lengannya yang terluka saat hendak menyelamatka Larissa.

"Aku baik baik saja,"bisik nya sedikit bergetar sambil meremas sudut lengan Larissa.

"Tunggu sebentar aku ambil mobil dulu!"ucap Alvaro pelan.

"Ya cepatlah,"Nathan tampak frustasi, ia tidak bisa bicara banyak melihat Larissa terlihat tidak sadarkan diri dalam pelukannya.

Wanita itu terkena serpihan bom hingga ia langsung syok berat. "Larissa, sadarlah,"pintanya pelan sambil menahan napas yang begitu menyesakkan. Ia mengedarkan pandangan, melihat banyak orang terluka akibat ledakan tadi di sekitarnya.

"Bagaimana keadaannya?"tanya Nathan datar menatap lekat ke arah Larissa yang masih terbaring di tempat tidurnya.

"Ia mengalami pendarahan level satu yang menyebabkan syok hipovolemik. Tapi tenanglah, Larissa akan baik-baik saja. Ada satu yang harus kamu tahu,"ucap dokter wanita bermata coklat itu dengan perasaan menyesal diakhir kalimat yang dia ucapkan.

"Berapa lama lagi ia akan sadar? Apa itu?"tanya Nathan dengan perasaan khawatir.

"Aku harap ia akan sadar secepatnya, biarkan dia istirahat! Larissa keguguran,"ucapnya dengan perasaan menyesal.

"Keguguran? Larissa hamil? Jangan bercanda,"ucap Nathan tidak percaya.

Nathan lemas mendengar penuturan Dokter wanita bermata coklat itu, menyatakan bahwa Larissa keguguran! Iya keguguran. Bahkan Larissa hamil saja ia tak tahu.

Ia menangis menjambaki rambutnya. Ia benar-benar frustasi! Ia menangis. Seakan tak peduli jika orang lain yang melihatnya dan mengatakan bahwa ia cengeng. Ia tak peduli! Orang lain tak dapat merasakan betapa hancurnya ia saat ini.

Buah hati hasil buah cintanya dengan Larissa telah pergi bahkan sebelum ia mengetahui keberadaannya.

---

Beberapa jam kemudian akhirnya Larissa sadar. Nathan yang sedari tadi selalu berada disampingnya menyadari Larissa sadar senang.

"Sayang kau sudah sadar? Apa yang sakit? Beritahu aku?"tanya Nathan.

Semenjak Larissa sadar Nathan jadi overprotektif. Ia melarang Larissa melakukan sesuatu yang berat. Larissa jadi kesaln sendiri.

Paginya Nathan mendapat telpon dari kantornya agar ia segera kesana karena ada hal yang mendesak.

Awalnya Nathan tidak mau, tapi dengan susah payah membujuknya untuk kekantor.

"Aku baik baik saja Nathan. Lukaku juga sudah tidak sakit lagi,"bohong Larissa agar Nathan mau pergi.

"Aku akan mengabulkan sati permintaanmu tanpa penolakan bagaiamana,"sambung Larissa.

"Really?"tanya Nathan, Larissa mengaguk menjawabnya. Dengan perasaan senang Nathan segera bersiap siap.

Saat hendak pergi Nathan mencuri kesempatan untuk mencium kening, dan bibir Larissa. Setelah itu langsung pergi sebelum Larissa protes.

---

Tidak lama berselang setelah Nathan pergi. Suara ketukan pintu kamar terdengar, Larissa mempersilahkan masuk.

Rexha dokter yang tadi memeriksa Larissa masuk.

"Ada yang ingin saya sampaikan Ms. Maxwell,"ucap Rexha.

Lalu Larissa mempersilahkan duduk Rexha dikursi samping Ranjangnya, karena ia masih lemah untuk Bangun.

Rexha memberitahu Larissa bahwa Larissa keguguran sontak Larissa terkejut sekaligus tidak percaya.

"Aku keguguran? Tidak mungkin?"batin Larissa.

---

Nathan pulang dari kantor karena ia tidak bisa tenang dan selalu memikirkan Larissa. Saat memasuki kamarnya Nathan mendapati Larissa sudah terlelap.

Lalu ia membuka atasannya kemudian berjalan kearah Ranjang. Dan berbaring disamping Larissa dan mengelus lembut pipi Larissa.

"Nathan kenapa kau tidak memberitahuku kalau aku keguguran?"tanya Larissa lalu membuka matanya. Dengan wajah datarnya.

"Sayang kau tahu dari mana? Sayang aku bisa jelaskan. Tadi aku ingin memberitahumu tapi kondisimu sekarang tidak memungkin,"jelas Nathan

"Cukup Nathan. Aku tidak mau mendengar ucapanmu,"ucap Larissa sambil membalikkan badannya. Lalu ia menangis dalam diam.

To Be Countined..

AFTER MET YOU [END]Where stories live. Discover now