CHAPTER 5

16.7K 795 6
                                    

Jangan lupa tekan bintangnya dulu sebelum membaca!

Pardon me if there are any typos on them!

Pardon me if there are any typos on them!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

...

"Papa???" Kedua mata tajam Thea langsung berubah menjadi lembut. Dia menatap Eric dengan senyuman manis dan kedua bola matanya yang sudah berkedip-kedip manja.

Eric bersedekap di tempat. Lalu dia menatap putrinya tajam. Dia berdeham, lalu menunjuk Noel dengan dagunya sekilas. "Dia akan mengawal kamu mulai sekarang, Princess. Papa tidak mau menerima penolakan apapun."

Thea langsung mengerucutkan bibirnya. Dia bersedekap dan menatap Eric dengan kesal. "Jangan cemberut," ucap Eric dengan pelan tetapi semakin membuat bibir wanita itu mengerucut sebal.

"Aku tidak perlu dikawal, Pa. Aku bisa melindungi diri aku sendiri. Yang bisa Papa lakukan hanyalah duduk diam di rumah sembari menonton televisi dan menikmati hidup. Papa tidak perlu mengurus hidup aku lagi. Aku sudah dewasa, dan aku bisa menjaga diri aku sendiri."

Ketika tatapan Papanya kian menajam, Thea juga harus semakin mengeraskan tatapannya. Dia tidak boleh kalah. "Baiklah." Lalu wanita itu tersenyum manis ketika Eric menyetujuinya. Tidak terlalu susah. Bahkan mudah sekali untuk merayu Papanya ini.

"Benarkah?" Thea mengerjapkan kedua mata penuh binarnya. "Terimakasih Papa!" serunya sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan dia segera memajukan tubuhnya untuk memeluk Eric.

Tapi Eric malah menyentuh dahi Thea dan mendorong wajahnya. "Setelah kamu bisa menjelaskan semua yang terjadi, Princess. Papa akan menuruti kamu."

Senyum wanita itu langsung menghilang. Dia menundukkan wajahnya sambil merutuk kesal. Akhirnya, Thea memegangi kepalanya lagi dan mulai berakting seperti yang dia lakukan kepada Papanya tadi, "Auwh.. kepala akuㅡ"

Ucapan Thea dengan cepat terpotong. "Kamu sudah tidak bisa membodohi Papa lagi, Althea. Suara kamu bahkan terdengar sangat jelas dari luar sana. Papa yakin kamu sudah baik-baik saja sekarang."

Thea mengerang lagi. Dia menatap Eric sebal, lalu tak lama kemudian dia mulai melembutkan kedua matanya dan menatap Papanya dengan wajah memelas. "Ayolah Pa? Ayolah? Hmm? Ayolaah? Aku tidak mau dikawal, Paaa!"

Eric tetap menggelengkan kepalanya. "Ini semua demi kebaikan kamu, Princess," ucapnya sembari mengusap rambut panjang bergelombang Thea. "Kecuali kalau kamu bisa menjelaskan bagaimana bisa kamu berakhir di rumah sakit setelah menabrakkan mobil kamu ke pohon dan bau alkohol yang tercium dari mulut kamu, Sayang?" Eric memberikan tatapan mematikannya kepada Thea yang langsung bungkam seribu kata.

Wanita itu spontan meletakkan telapak tangannya di depan mulutnya dan mulai membau napasnya. Sialan, dia benar-benar berbau alkohol. Lantas ketika dia merasa kalau harapannya sudah pupus, wanita itu mulai merengek lagi. "Pa, ini semua bukan seperti yang Papa pikirkan. Aku bisa membuat Papa yakin kalau semua ini hanyalah kecelakaan. Aku tidak tau kalau yang aku minum ituㅡ"

In Your ArmsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt