CHAPTER 31

11.2K 600 3
                                    

Tak terasa, sudah sebulan lebih mereka lewati setelah mereka hampir melakukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak terasa, sudah sebulan lebih mereka lewati setelah mereka hampir melakukannya. "Gue rasa gue bisa tinggal di rumah gue saja sekarang, Noel," ucap Thea santai. Keduanya sedang berjalan bersama malam ini sehabis Thea menyelesaikan syuting drama terbarunya.

"Harusnya kamu tinggal di rumah kamu sejak beberapa minggu yang lalu. Kamu sudah membuat saya repot sekali, Althea."

Thea mendengus mendengar jawaban tersebut. "Lo gak berhak protes, Noel. Ini adalah tugas lo. Sudah seharusnya lo memang harus menjaga gue!"

Noel membalas dengan geleng-geleng tidak peduli.

"Permisi, apartmentnya Althea ya?" Thea dan Noel membalikkan badan mereka secara bersamaan saat mendapati seorang laki-laki sedang membawa satu dus cokelat besar.

Tanpa sadar, Noel berjalan ke depan Thea dan menatap laki-laki itu tajam. Dia menyapukan kedua matanya pada penampilan laki-laki itu dari atas sampai bawah. "Iya. Kenapa?"

"Oh ini, ada pesanan satu set meja rias dari mbak Althea. Kami datang untuk memasangkannya."

Noel melirik Thea tajam. "Meja rias kamu rusak?"

Thea mengangguk. Dia membukakan apartmentnya lalu mempersilakan pekerja itu untuk masuk. "Waktu gue mengambil barang gue bulan lalu, gue baru sadar kalau kaca meja rias gue rusak. Gue bingung waktu itu, kenapa kacanya bisa rusak? Gue gak ingat gue pernah memecahkannya. Trus gue pikir karena saking kesalnya sama lo, gue ngelempar sesuatu ke kaca itu dan boom. Pecah deh."

"Kenapa kamu tidak bilang sama saya?!"

"Buat apa juga gue bilang sama lo kalau kaca meja rias gue pecah?" Thea mendelik. "Noel, lo itu sangat membingungkan ya. Kata lo, gue  ini sangat merepotkan. Jadi maksud lo ini apa?"

"Kamu harus memberitahu saya, Althea. Mungkin saja waktu itu ada seseorang yang masuk ke dalam rumah kamu lalu ingin berbuat jahat kepada kamu." Suara Noel terdengar sangat menyeramkan. Dia menatap Thea dengan tatapan yang kesal bercampur marah.

"Kalau begitu maaf." Thea tersenyum segaris sambil mengangkat bahunya tidak peduli.

"Ck," Noel berdecak lalu dia meninggalkan wanita itu dan masuk ke dalam mengikuti serta mengawasi gerak gerik dari tukang tersebut. Dia curiga. Pekerja dari perusahaan mana yang datang malam-malam seperti ini untuk melakukan pekerjaannya? Ini semua terlihat mencurigakan.

Pekerja itu tampak tenang mengerjakan tugasnya walau ditatapi dengan tatapan penuh intimidasi oleh Noel. Pria itu bersedekap, lalu selang lima belas menit kemudian pekerja tersebut telah menyelesaikan pekerjannya.

Dia menghembuskan napas, dan menatap Noel dengan canggung. "Saya sudah selesai. Permisi," ucapnya dengan pelan lalu meninggalkan Noel.

Kedua mata tajam Noel menatap punggung laki-laki itu. Dia sadar kalau pekerja yang memakai topi hitam itu sempat menyungginglan senyum sinis saat hendak melewatinya. Lantas kini kedua mata Noel beralih pada sebuah satu set meja rias baru yang ada di depannya.

In Your ArmsWhere stories live. Discover now