CHAPTER 12

14.4K 752 7
                                    

Hai guys. Sebelum kalian membaca cerita ini lebih jauh, aku cuma mau ngasih tau kalau misalnya cerita Althea ini akan benar benar sangat bucin guys. Tipe tipe yang cheesy, sama cute gitu wkwkw. Aku bener2 membayangkan kalau cerita si Althea ini ringan banget dengan konflik yang juga simpel. Beda banget sama cerita mak bapaknya si Thea.

Maafkan ya kalau kalian merasa bosan.

Anyway, jangan lupa tekan bintangnya dulu sebelum kalian baca!

Share juga ke temen-temen kalian kalau kalian suka:)

Pardon me if there are any typos on them!

Pagi ini, Thea akan melakukan pemotretan dengan Joshua Sarkaㅡpria yang sudah mengejarnya beberapa minggu terakhirㅡsebagai cover majalah terkenal yang akan terbit bulan depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Thea akan melakukan pemotretan dengan Joshua Sarkaㅡpria yang sudah mengejarnya beberapa minggu terakhirㅡsebagai cover majalah terkenal yang akan terbit bulan depan.

Thea bermain ponsel sambil menggerutu. Berkali-kali dia melirik jam di dinding lalu mendengus kasar. "Lama banget sih Joshua? Kemana aja dia?" tanyanya untuk yang kesekian kali sambil menatap Nara dan Ben secara bergantian dengan kesal.

Nara mulai mengecek ponselnya karena sebelumnya dia sudah bertanya mengenai keberaadaan Joshua. "Kalau kata Harleyㅡasistennya Joshㅡdia bilang kalau Joshua baru saja melakukan fan-meeting. Lo kan tau, Thea. Bandnya dia lagi naik daun banget beberapa bulan ini. Jadi lo harus bisa mengerti kalau dia sedikit telat karena jadwalnya padat banget."

Kedua mata itu sontak langsung melotot sebal. Dia meletakkan ponselnya di atas meja di depannya lalu bersedekap dan menatap Nara dengan tajam. "Lo kira jadwal gue juga gak padet? Habis gini gue ada konferensi pers, dan gue gak butuh menunggu Joshua kalau dia memang gak mau melakukan photoshoot ini!" Thea membalas Nara dengan tajam. Gadis muda itu langsung menundukkan wajahnya.

Ben segera mengambil alih, lalu menghembuskan napas panjang. "Sabar, Thea. Mungkin perjalanannya macet. Lo tau sendiri kan bagaimana kondisi jalannya Jakarta."

"Sialan banget. Masa jadi orang gak bisa on time sih," gerutu Thea lagi sambil memalingkan wajahnya ke depan, menatap pantulan wajahnya melalui cermin. Lalu melalui cermin itu, dia melirik Noel yang sedang membaca koran di belakang sana. Dia mendengus, dan saat itu kedua matanya bertatapan dengan Noel yang sudah mengalihkan kedua matanya dari koran.

Dia tersenyum miring. "Lo sudah seperti bapak-bapak. Kerjaan lo setiap hari membaca koran. Boring sekali hidup lo."

Noel melirik Thea singkat sebelum dia membalasnya. Setelah itu dia menghembuskan napas panjang dan menatap Thea dengan datar. "Lebih baik daripada kamu yang hidupnya selalu marah-marah," balasnya dengan nada merendahkan. "Memangnya kamu hidup untuk marah-marah? Apa tidak ada sesuatu yang lebih penting selain marah-marah?" Noel menaikkan sudut bibirnya sinis ketika Thea membalasnya dengan tatapan tajam.

In Your ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang