"Hi Princess. Kamu sudah siap?" Thea yang kala itu sedang duduk di meja rias sembari menatap pantulan wajahnya seketika menoleh dan mendapati Eric yang berdiri di depan pintu kamarnya.
Untuk yang kesekian kalinya, Thea masih tidak bisa mengerti mengapa pesona Papanya yang sudah setengah abad ini masih saja belum menghilang. Dia masih terlihat sangat tampan dengan tubuh tegapnya dalam balutan jas bewarna hitam tersebut.
Thea tersenyum tipis, lalu akhirnya dia berdiri dan menghampiri Papanya. "Sudah selesai, Pa. Lets go."
"Kamu tampak sangat cantik, Princess." Eric menatap anaknya dsri atas sampai bawah dengan kedua mata yang memancarkan penuh kehangatan dan kelembutan.
"Apa aku terlihat seperti seseorang yang bernama Keira Allegra, huh?" Kedua alis Thea terangkat, lalu dia menunjukkan senyum genitnya kepada Eric.
"Tentu saja manusia yang bernama Keira itu lebih cantik, Princess. Apalagi sikapnya yang sangat anggun dan elegan." Eric membalas pertanyaan Thea dengan alis terangkat dan wajah songongnya.
Seketika Thea memutar kedua bola matanya kesal. "Oh well, tentu saja aku tau. Aku menyesal sudah bertanya kepada Papa."
"Im lying, Princess. You are indeed more stunning. No one beats you, Princess."
"Ehem, thankyou Papa." Thea berdeham sambil mengibaskan rambutnya ke belakang dengan wajah sombong. "Kalau itu, aku sendiri sudah mengetahuinya tanpa seseorang memberitahu aku."
Eric tertawa renyah mendengarkan jawaban anaknya tersebut. Dia menggelengkan kepalanya lalu menatap wajah Thea yang terlihat begitu songong dengan kedua mata yang berkedip-kedip tidak percaya. "Alright alright. Time is up. Ayo kita pergi sekarang."
Sudah bukan satu dua kali Thea harus menemani Eric untuk pergi ke acara formal seperti ini. Acara formal serrti pembukaan produk baru, acara amal, dan pesta-pesta lainnya, selalu membuatnya merasa bosan karena Thea sungguh tidak bisa bergaul dengan orang-orang di dalamnya.
Acara sudah berlangsung selama satu jam tetapi entah mengapa bagi Thea semuanya berjalan selama sepuluh jam. Dia mengamati seluruh orang di meja bundar tempat dia duduk dengan datar. Mereka semua tampak duduk dengan wajah datar dengan ekspresi formal dan raut tegas. Ciri khas pebisnis-pebisnis hebat pada normalnya.
"Jangan cemberut terus, Princess."
Thea tersentak dari lamunannya. Dia menoleh kepada Eric yang tengah berbincang kepada seseorang pria paruh baya di sebelahnya. Wanita itu memutar kedua bola matanya kesal, tetapi saat menatap wajah seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah pria paruh baya itu, kedua alis Thea terangkat.
Wanita paruh baya itu terlihat familiar baginya, dan sepertinya Thea pernah melihatnya di suatu tempat. Lalu seperti sadar kalau sedang ditatap, wanita paruh baya itu menoleh dan kedua mata merekapun dalam sekejap langsung bertemu. Thea tersentak. Tetapi wanita paruh baya itu malah membalasnya dengan senyuman tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Arms
Romance[Completed] Siapa yang tidak mengenal seorang Althea Allgera Rhodes? Dia bintang nomer satu. Semua orang memuja dia. Semua orang ingin menjadi kekasih dia. Sampai sebuah kecelakaan terjadi kepadanya, dan dia harus menerima seorang pengawal yang har...