CHAPTER 41

14.8K 653 4
                                    

Masih dalam keadaan terkejut, Thea belum bisa kembali ke alam sadar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masih dalam keadaan terkejut, Thea belum bisa kembali ke alam sadar. Tubuhnya menengang dengan kedua mata yang melotot lebar dan mulut terbuka kecil. Bahkan pria di belakangnya sudah melepaskan pelukannya lalu berjalan mengitari meja tersebut dan berakhir duduk di depan Thea.

"Ehem." Akhirnya Thea kembali ke alam sadar walau tubuhnya sedikit gemetar. "Apa mau lo?" tanyanya dengan kedua mata yang memicing. Tangannya bersedekap, dan dagunya ia angkat ke atas. Dia sengaja melakukannya untuk memberi perlindungan kepada dirinya sendiri dengan gerakan tubuh seperti itu.

"Apa kamu tidak bisa melihat? Aku mau makan malam." Noel berkata dengan santai. Kelewat santai kalau menurut Thea. Karena dia tidak bisa berbicara santai sejak tadi. Apalagi raut wajah pria itu terlihat baik-baik saja seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Bersama kamu," lanjutnya dengan smirk yang muncul di sisi bibirnya.

"Gue nggak mau." Thea bersiap untuk bangkit dari tempatnya. Dan Noel tidak mencegah saat wanita itu hendak pergi.

Walaupun sebenarnya wanita itu ingin sekali berjalan dengan gedebug-gedebugㅡmeluapkan semua kekesalan dan emosi di hatinya. Tapi sebisa mungkin, Thea tetap menjaga keanggunan dan keelegannya. Apalagi di depan pria itu! Tidak! Thea harus bersikap anggun maksimal!

Kedua matanya memicing saat pintu ballroom tertutup rapat tidak seperti tadi ketika dia masuk, pintu itu masih terbuka lebar. Lalu saat tangannya hendak membuka pintu raksasa tersebut, yang dia dapati hanyalah keadaan pintu yang tidak bergeming. "Sial." Wanita itu mulai menjadi resah. Dia mulai mengerti situasi ini dan ketika menoleh kepada Noel, kedua matanya semakin berkobar marah saat melihat pria bisa-bisanya memotong daging stik dengan santai tanpa memedulikannya sedikitpun.

Thea menyapukan kedua matanya ke seluruh ruangan untuk mencari seseorang yang dapat membantunya. Pelayan wanita yang dia lihat tadi kini sudah tidak ada di tempatnya. Dia sepenuhnya menjadi sangat sadar. Kalau memang hanya dia dan Noel yang ada di sini.

Thea memejamkan kedua mata, berusaha untuk meredam amarah yang sebentar lagi akan membeludak. "Bukain." Dia menoleh kepada Noel lalu menggeram kecil.

"Kamu tidak punya tangan? Buka sendiri sana. Nggak usah menyusahkan orang."

"Mana bisa gue buka pintu ini kalau dikunci begooo?" Thea berjalan menghampiri Noel dengan gedebug-gedebug. Thea melupakan imej anggunnya seketika! Bahkan hampir saja dia mencakar dan mengacak-acak tatanan sempurna rambut pria tersebut. Untung saja kalau yang bagian itu, Thea bisa menahannya. "Buka sekarang. Jangan buat gue marah. Bisa bahaya."

"Aku mau lihat kamu marah."

Thea mendelik. Kedua matanya membulat selebar-lebarnya saat mendengar satu kalimat tersebut. Dia hendak membuka mulutnya lebar-lebar untuk mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kasar kepada pria itu tapi sesuatu yang berkilauan yang keluar dari saku Noel langsung membungkam mulut tajam wanita tersebut.

In Your ArmsWhere stories live. Discover now