Wajah wanita itu memanas. "Buka pintu ini! Cepet bukain!" Dia menendang pintu raksasa itu dengan ujung stilettonya. Thea benar-benar marah. "Bukain cepetan! Gue mau keluar dari sini!!!!"
"Maafkan aku." Saat itu air mata menetes dari kedua mata indah berbulu lentik tersebut. Seseorang memeluk tubuhnya dari belakang, dan menepuk-nepuk pundaknya dua kali. "Jangan pergi. Aku minta maaf sama kamu."
Pertahanan Thea hancur sudah saat itu. Air matanya langsung bercucuran dengan deras. Wajahnya menunduk, menatap lantai marmer mahal milik hotel berbintang ini yang terlihat berkabur di kedua matanya. "Aku hanya takut kalau kamu akan terluka lagi kalau bertemu dengan aku, Althea." Noel mulai mengeluarkan suaranya lagi. Kali ini dengan pelan dan tidak beremosi seperti tadi. "Aku hanya takut kalau aku tidak bisa melihat kamu lagi."
"Aku takut, Althea," bisiknya pelan yang mungkin tidak bisa didengar karena suara tangisan Thea sungguh memenuhi seisi ruangan itu.
"Terimakasih karena kamu masih bernapas sekarang. Terimakasih karena kamu berhasil bertahan." Noel melepaskan pelukannya lalu berjalan untuk berdiri di depan Thea. Dia menundukkan wajahnya, agar bisa menatap wajah wanita itu dengan jelas. "Aku sungguh merindukan kamu, Althea. Semua tentang kamu, aku merindukannya sampai rasanya mau mati."
Thea mendongak, menatap Noel dengan kedua mata berair. Tangisannya berubah menjadi sesenggukan, dan sebisa mungkin dia usahakan untuk menghapus air mata di mata dengan cepat walau air mata itu terus bercucuran tanpa bisa dicegah.
"Bisa kamu lupakan semuanya yang ada di masa lalu? Karena mulai sekarang, aku hanya ingin memulai hidup bersama kamu, Althea." Dia menangkup wajah berair Thea dan menatap manik wanita itu intens. "Selama-lamanya." Dengan kedua mata yang juga memerah, pria itu menatap wanita di depannya dengan senyum kecil.
Thea mengerjap dua kali. Saat menyadari kalau wajah Thea berubah menjadi merah karena malu, tanpa dicegah Noel tersenyum kecil. "Tapi." Thea menjeda ucapannya karena suaranya masih begitu sumbang dan bahunya yang bergetar. "Cincin kamu sudah aku buang."
"Aku bisa membeli cincin yang baru lagi."
"Gak mau." Thea menggeleng kecil. "Aku sudah terlanjur menyukai cincin itu."
Noel menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Sesuatu yang sudah Thea jarang lihat tetapi anehnya dia merindukannya. "Nanti akan aku cari lagi." Dia berdiri tegak, lalu menarik tubuh Thea untuk masuk ke dalam rengkuhannya. "I miss you."
"Aku tidak." Thea mengatakannya dengan datar dan suara sumbang.
"Aku cium kamu di sini kalau kamu mengatakannya lagi."
"Cium saja."
Dan detik itu juga, Noel langsung merengkuh wajah Thea lalu menempelkan bibirnya di bibir wanita itu. Ciuman yang begitu menggebu-gebu dan penuh tuntutan. Ciuman yang mempunyai begitu banyak arti. Thea sampai mengempiskan mulutnya karena Noel menciummya dengan tidak sabaran dan penuh gairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Arms
Romance[Completed] Siapa yang tidak mengenal seorang Althea Allgera Rhodes? Dia bintang nomer satu. Semua orang memuja dia. Semua orang ingin menjadi kekasih dia. Sampai sebuah kecelakaan terjadi kepadanya, dan dia harus menerima seorang pengawal yang har...