Part 02

12.4K 842 28
                                    

Warning!!

Typo dan EYD berantakan!

Republish!

.
.

Sudah tiga puluh menit Ata berada didalam kelasnya. Bel pulang sudah berbunyi sama dengan lamanya Ata menunggu pemilik tas penghuni belakang bangku pojok.

Seperti Bu Sivia katakan tentang kerja kelompok itu, maka Ata berniat menunggu pemilik tas itu datang untuk mengambilnya. Sudah ia katakan diawal, tas itu sudah ada saat pagi buta dan entah dibawa pulang atau hanya diletakannya saja tas itu didalam kelas yang setiap pulang masih ada penampakannya.

Ata menarik napasnya gusar. Meskipun nilainya terbilang bagus, sekecil apapun nilainya bisa membantu menambahkan poin tentang beasiswa yang ia dapat. Ata tidak tahu harus mencari kemana Ravaldo Kiandi ini, setiap kali ia bertanya yang Ata dapat hanya suruhan untuk mencarinya sendiri.

Ata saja belum tahu siapa Ravaldo Kiandi, malah disuruh nyari sendiri. Apa sekalian saja ia beri pengumuman dimading dengan tulisan, 'DI CARI RAVALDO KIANDI KELAS XI IPA-2 UNTUK MENGERJAKAN TUGAS DARI IBU SIVIA'

Yang benar saja!

Suara langkah kaki membuat Ata melihat ke depan. Itu bukan sosok asing yang Ata lihat.

"Lho, belum pulang Ta?" Namanya Diki. Dia ketua kelas yang kalem dan ramah. Hanya Diki yang akan merespon baik setiap kali Ata menyapa. Namun dibalik sifatnya yang seperti itu, Diki jika sudah emosi tidak pernah main-main dengan perkataannya.

Ata menggeleng, "belum, Dik. Lagi nunggu yang namanya Ravaldo Kiandi."

Diki mengambil buku dikolong meja yang sempat ia tinggalkan. Beruntung ia masih disekolah untuk melakukan eskul voli, jadi sekalian sebelum pulang Diki mandi dikamar mandi tempatnya latihan dan memakai seragamnya kembali barulah ia ke kelas mengambil bukunya.

"Lo udah tanya Citra?" Diki mendekati Ata dibangkunya.

"Udah. Tapi kata Citra, dia nggak tau." Ata meredupkan pandangan dibalik kacamatanya.

Diki menarik napasnya secara kasar. Dari semua murid dikelasnya hanya dirinya saja yang mencoba mengajak Ata mengobrol walaupun hanya sebatas teguran sapa. Melihat Ata yang seperti dikucilkan membuat Diki yang menjadi ketua kelas merasa tidak enak akan perilaku teman-temannya yang lain.

"Padahal Citra temannya Ravaldo." Perkataan Diki membuat Ata mendongak. "Jadi, agak kurang yakin kalau Citra nggak tau dimana Ravaldo."

Ata mengedipkan matanya yang terbingkai kacamata, "mereka berdua berteman?" Diki mengangguk. "Tapi, kalo Citra yang setiap hari rajin dan masuk kelas, kenapa Ravaldo sampai udah satu minggu ini aku nggak lihat?" Tanyanya polos.

Diki terkekeh, rambutnya yang masih basah karena habis mandi ia sibak ke belakang. "Kalo itu, gue kurang tau, Ta. Bentar gue mau tanya dulu." Diki mengambil ponselnya dan dengan cepat menempelkannya ditelinga setelah mencari kontak tujuannya.

"Eh jangan!" Sergah Ata panik.

Diki menatapnya bingung. "Kenapa?"

"Kamu mau telepon Citra ya, buat nanyain kenapa Ravaldo nggak masuk-masuk?"

Diki tertawa. "Bukan, gue mau telepon adik kelas gue." Ujarnya menjelaskan. Ata hanya membulatkan mulutnya sebagai respon.

"Dimana, Man?" Diki bertanya saat sambungan teleponnya terhubung. Firman salah satu adik kelasnya dieskul voli. Selain satu eskul dengannya, Firman berteman dengan Rava dalam hal tawuran. Adik kelasnya ini sering sekali bolos eskul demi ikut tawuran dengan Rava. Solidaritas katanya.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now