Part 33

5.5K 463 32
                                    

Awas banyak typo!!

Wordsnya hampir duarebu wkwkwk kebetulan lg lancar aja idenya.

Enjoy!
.
.
.

Tengku menatap serius ponsel yang dipegangnya. Ia mencari artikel tentang penculikan dan kasus prostitusi.

Apa yang terjadi dengan Renata membuat Tengku penasaran kira-kira bagaimana kasus itu akan berlangsung jika nanti pelakunya akan tertangkap.

Ia mengetikkan kata kuncinya 'prostitusi' dan 'penculikan'. Selesai mengetikkan itu beragam artikel beserta pasalnya-pasalnya yang terkait bermunculan.

Pasal 2 huruf (b) Lampiran Undang-Undang No. 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Sale Of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak) (“UU 10/2012”) dikatakan bahwa prostitusi anak adalah pemanfaatan seorang anak dalam aktifitas seks untuk suatu imbalan alasan lainnya.

Pasal 1 angka 1Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”).

Dan masih banyak artikel lainnya yang terkait dengan prostitusi dan penculikan sampai Tengku dibuat pusing sendiri untuk membaca yang mana dulu.

Denis menatap Rava yang termenung di depannya. Denis menghela napasnya, ia paham apa yang dipikirkan sahabatnya sekarang. Kejadian dimana Renata yang dibawa oleh Hadi mungkin secara tidak langsung itu kesalahan Rava.

"Rav..." Rava hanya menatap Denis sekilas dan kembali menatap ke bawah, ke arah lapangan. "....gimana pencariannya? Bokap lo udah kasih tau Renata ada di mana?"

Menarik napasnya dalam Rava menjawab, "bokap masih nyuruh gue untuk nggak ikut campur." Ia tersenyum getir menatap Denis. "Pengen banget gue ulang waktu hari itu. Seharusnya gue nggak ikutan tawuran atau seenggaknya gue anter dulu Renata ke rumah. Pasti kejadiannya nggak akan seperti ini."

Mendengar suara Rava yang sarat akan penyesalan membuat Tengku mengangkat tatapannya ke arah Rava. Sesaat Denis melirik Tengku dan tatapan keduanya bertemu. Saling melempar pandang seolah mereka paham jika Rava benar-benar menyesal.

"Sudah gue duga kalian ada disini." Ketiganya kompak menoleh ke arah pintu atap, di mana Citra sedang berjalan ke arah mereka bertiga. "Rav, masuk. Minggu depan udah mulai semester, Om Rudi bilang kalau lo nyesel dengan kejadian Renata diculik setidaknya lo perbaikin nilai lo disemester ini."

"Serius Om Rudi bilang kayak gitu?" Citra mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Denis. "Kayaknya Om Rudi beneran kecewa banget sama lo, Rav."

Rava hanya diam. Ia tidak mengiyakan atau menyangkal. Papahnya memang tidak terlalu memperdulikan nilai akademik Rava, asalkan kelak dimasa yang akan datang Rava harus bisa mempertanggung jawabkan nilainya sendiri.

"Gimana Om Rudi nggak kecewa coba? Ini bukan kasus penculikan biasa. Apalagi lo pernah bilang kalo Renata dulu pernah mau di jual--- Eh, bentar-bentar!" Tengku langsung menyela seolah teringat sesuatu. "Renata di culik bukan mau di jual lagi kan?" Pertanyaan Tengku kontan membuat semuanya terkesiap. Tengku seolah sadar saat membaca artikel tadi. Korban yang dipaksa untuk melakukan 'itu' bisa saja mengalami trauma, dan ia yakin, setimpal apapun hukuman yang akan didapat oleh pelaku prostitusi atau si pemakai tidak akan sebanding dengan apa yang akan nanti dialami korban. Dan Tengku tidak suka pemikirannya yang mengatakan Renata akan dijual.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now