Part 27

5.7K 478 13
                                    

Awas, typo banyak!


.
.
.

"Kalau yang ini kasih warna biru," Ata menunjuk gambar gaun Anna frozen dan mengambil pensil warna biru.

"Jangan!" Teriak Ella seraya menahan tangan Ata, "Ella mau kasih walna pink aja." Tangan mungilnya mengambil pensil warna pink.

Ata menghela napasnya dan tersenyum, menjadi anak tungggal yang sudah tidak memiliki orang tua membuat Ata sangat merasakan kesepian. Ada rasa syukur dan tidak menyangka jika Ata bisa merasakan hangatnya kebersamaan. Walaupun bukan keluarga kandungnya, keluarga Kiandi menyambutnya dengan hangat seperti Ata adalah bagian dari keluarganya sendiri.

"Ella kok belum tidur?" Rudi datang mendekati puterinya yang masih fokus mewarnai. "Besok kan sekolah, nanti kesiangan loh bangunnya," Ella memang sudah memasuki PAUD.

Masih fokus dengan mewarnai, Ella menjawab, "nanti papah, besok gambalnya dikumpulin. Jadi Ella mau selesain sekalang." Suara cadel khas anak-anak lagi-lagi membuat Ata tersenyum.

"Udah setengah sembilan malam nak. Kenapa baru dikerjain sekarang? Kenapa nggak langsung dikerjain pas dikasih tugas?"

Ella menatap papahnya dan mata bulatnya yang besar mendelik tidak suka. Terlihat tidak sopan, tapi saat Ella yang melakukannya, entah kenapa terlihat menggemaskan. "Papah celewet." Hanya tawa yang didapat Ella dari Papahnya. "Udah selesai!" Teriak Ella bangga.

"Loh, kok cepet?"

"Kalena dibantuin sama kak Ata, papah sih nggak bantuin Ella. Ngomong telus dali tadi." Katanya jujur dan menatap Ata. "Makasih ya kak Ata udah bantuin Ella, nanti Ella kasih es kim."

Ata yang masih duduk diam mengamati interaksi ayah-anak itu mengangkat alisnya, "oh ya? Makasih ya, kakak tunggu es krimnya," ujarnya dan tersenyum.

"Memangnya Ella punya duit buat beli es krimnya?" Sepertinya tidak ada habisnya Papahnya Rava menggoda puteri kecilnya. Ata terkadang heran, darimana sikap cuek Rava berasal? Mamah dan Papahnya seringkali Ata lihat memberikan candaan kepada sekitarnya.

"Punya dong, duitnya nanti minta sama papah." Ella berucap polos dan duduk dipangkuan sang Papah manja.

Ata yang duduk lesehan dibawah bangkit, mendadak tidak enak menganggu waktu Ella dan Papahnya. Tapi Ata urung lakukan saat Papahnya Rava memanggilnya.

"Iya, Om?" Ata menatap dengan posisi yang sudah berdiri.

"Soal perkataan mamahnya Rava dirumah sakit yang ngajuin dua syarat itu, kamu nggak usah pikirin ya. Maaf kalau membuat kamu nggak nyaman." Katanya seraya mengulas senyum kebapakan.

Ata mengangguk. "Iya, Om. Rava udah ngomong kok sama Ata." Tuturnya seraya membenarkan letak kacamatanya.

"Pah, Ella ngantuk. Pengen bobok," Ella menguap dan menyandarkan kepalanya ke dada sang papah.

"Kalau begitu, Ata permisi dulu, Om."

Papahnya Rava mengangguk, "eh-eh, nggak usah diberesin. Biarin aja, nanti besok mau dibawa." Ata menghentikan gerakan tangannya yang akan membereskan peralatan gambar milik Ella. "Kamu juga istirahat, Ta. Sana masuk,"

Disini, Ata baru merasakan kehangatan dari keluarga yang selama ini Ata inginkan. Ata hanya bisa berandai jika kedua orang tuanya masih ada mungkinkah ia bisa merasakannya juga? Ata selalu berdoa dalam hati, semoga keluarga ini selalu di kelilingi orang-orang yang baik juga.

-000-

"Tante," Ata mendekati Rani yang kini memberikan makan ikan mujair dikolam belakang rumahnya.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang