Part 09

8.3K 709 52
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!

.
.
.

Jam olahraga seharusnya sudah dimulai, bahkan sang guru yang bersangkutan sudah menunggu dilapangan. Tapi saat Renata akan keluar dari dalam kelas dihentikan oleh Tiara, memberitahunya jika celana bagian belakang Renata robek dibeberapa bagian.

Sontak semuanya menertawakan, apalagi saat tangan Tiara mengangkat baju Renata sampai pinggang dengan sengaja, menampilkan celana bagian pantat Renata yang robek parah hingga menampilkan celana dalam yang Renata kenakan. Beruntung Renata memakai celana sepaha, sehingga orang-orang tidak langsung melihat celana dalam yang ia kenakan.

Renata hanya menunduk, berjalan mundur disamping papan tulis saat Tiara mulai menyuarakan makiannya. Mengatakan hal-hal kasar yang tidak mencerminkan mulut pelajar. Tiara hanya iri, ia ingin duduk didepan dengan Rava.

Dari sini Renata bisa menyimpulkan jika Tiara pelaku yang menyebabkan celananya Robek. Bukan bermaksud menuduh, tapi entahlah Renata merasa Tiaralah yang melakukannya.

Mirisnya lagi, semua yang ada dikelas diam menyaksikan bahkan ada beberapa yang mengabadikan pembullyan ini dengan kamera ponsel. Tangan Tiara terangkat ingin menjambak rambut Renata yang terkepang, Renata yang sudah siap dengan apa yang akan ia dapatkan hanya diam dan meremas baju olahraganya dengan kuat.

"Gak boleh ada pembullyan dikelas gue." Diki dengan cepat menghentikan tangan Tiara dan melepasnya dengan kasar. Sebagai ketua kelas, Diki yang lebih dulu sudah berganti baju olahraga, menuju lapangan. Namun saat tiba disana, Diki kebingungan. Pasalnya semua teman-teman sekalasnya tidak ada, jadi dia bertanya kepada guru olahraganya, dan malah menyuruh Diki untuk memanggil semua teman-temannya dikelas.

Miris, pemandangan yang pertama kali Diki lihat Renata yang tersudut dengan Tiara yang terus memaki. Sadar akan apa yang Tiara lakukan setelahnya, dengan cepat ketua kelas itu menghentikan pergerakan tangan Tiara.

"Kalian ini apa-apaan! Disini tempat belajar, bukan pembullyan!" Teriak Diki marah. "Kalian semua disekolahkan untuk menjadi orang yang lebih baik, tapi kelakuan kalian lebih buruk dari Binatang!"

Semuanya hening. Tidak ada yang berani membantah ketika ketua kelas mulai berbicara, bahkan Tiara hanya berani mendengus tidak suka. Wajar jika Diki diangkat menjadi ketua kelas, pembawaannya yang tegas mampu membungkam semua yang ada dikelas.

"Ada apa ini?" Rava datang dengan seragam putih abu-abunya dengan tas yang masih melekat dipunggung. Ia menatap seluruh kelas dengan bingung. "Kalian bukannya dilapangan malah bikin permainan kucing-kucingan." Seloroh Rava membelah lingkarang yang entah sejak kapan terbentuk.

Langkahnya terhenti saat sadar dibalik punggung Diki ada orang lain yang sedang menunduk. Matanya menyipit melihat tubuh Renata bergetar ketakutan. "Jadi siapa disini pelakunya?" Dirinya sadar, jika Renata kembali menjadi korban bully.

Tubuhnya berputar, menatap satu demi satu teman-teman sekelasnya. Rava menatap Citra, dan seolah mengerti Citra hanya mengendikan dagunya, menunjuk Tiara jika dialah pelakunya.

Rava menghela napasnya kasar. Seharusnya ia bisa bolos diatap dengan Tengku dan Deni, namun harapannya pupus ketika dirinya baru saja menginjakkan kaki dikoridor saat guru olahraganya memanggilnya dari arah lapangan. Andai semua teman sekelasnya ini sudah berda dilapangan, maka rencana Rava untuk membolos pelajaran kedua bisa terwujud.

"Minggir lo," usir Rava dengan mendorong Diki mundur. Tangannya hendak terulur untuk meraih tangan Renata yang masih terkepal, namun fokusnya tertuju saat celana Renata yang robek tertangkap pengelihatannya.

Membuka tas gendongannya yang hanya berisikan satu buku dengan baju olahraga yang kebetulan ia bawa, Rava mengeluarkan baju olahraganya dan memakaikannya ke tubuh Renata. Semua mata tertuju ke arah mereka berdua. Rava hanya cuek saja, berbeda dengan Ata yang terpaku atas perlakuan Rava.

"Ayo," cowok itu mengulurkan tangannya kembali. Renata takut untuk menggapai tangan besar itu, jika ia menerima uluran tangan dari Rava ia takut hal yang lebih memalukan akan terjadi.

Diki yang merasakan jika Rava tidak akan ikut membully, menatap satu persatu teman-teman sekelasnya dengan tajam. "Bagi kalian yang sudah merekam kejadian tadi, sekarang hapus!"

Semuanya berbisik-bisik, menanyakan satu sama lain apakah videonya akan dihapus atau tidak. Semua itu tidak luput dari telinga Rava, ia berputar dengan cepat.

Mengambil ponsel Ririn--yang kebetulan berdiri disamping Tiara-- dengan kasar, lalu membantingnya ke lantai menimbulkan suara nyaring.

"Gue gak peduli, itu ponsel yang ngerekam atau nggak, jika diantara kalian ada yang ngerekam sampai gue lihat didepan mata gue sendiri, gue pastiin ponsel kalian akan bernasib sama dilantai." Suaranya sengaja ia tekankan, setelahnya Rava menginjak ponsel Ririn dengan sadis. Sang punya ponsel, meringis menahan tangis melihat ponselnya yang sudah ia pastikan tidak akan menyala.

Rava menyambar lengan Renata hingga gadis itu berdiri disampingnya. Baju yang Rava pakaian ke badan Renata tampak kebesaran mencapai pahanya, hingga robekan dicelana Renata bisa tertutupi sebagian. "KALIAN DENGERIN, RENATA MILIK GUE!! Jadi, kalau satu diantara kalian ngebully dia lagi atau ngebully orang lain, gue pastiin kalian berurusan sama gue."

Semuanya yang semula berlomba-lomba untuk menghapus video yang sempat mereka rekam, semakin heboh saat Rava mengakui jika Renata miliknya. Apa maksud Rava berkata seperti itu, itu berarti mereka berpacaran?

Renata yang semula menunduk, mendongak menatap wajah Rava dari samping. Pikirannya saat ini bingung untuk mencerna apa yang Rava katakan. Jangankan status kepemilikan, setelah peristiwa tugas kelompok itu, Rava kembali membolos dua hari setelahnya. Bahkan Renata tidak peduli, kemana cowok itu membolos karena memang mereka bukan lagi partner kelompok.

Ata tersentak saat merasakan bahunya ditarik menempel ke badan Rava, membawanya ke luar dari kelas. "Gara-gara kalian, gue gak jadi bolos! Sana ke lapangan!" Teriaknya sambil lalu.

Citra bersedekap, melihat tingkah Rava yang sangat aneh. Sejak kapan Rava mau melakukan hal yang melibatkan dirinya? Apa sejak mereka satu kelompok? Citra berdecih, mereka tidak mungkin berpacaran. Citra sangat yakin, cowok itu masih mengikat hatinya hanya untuk Ayaana.

"KENAPA KALIAN MASIH DISINI! CEPAT KE LAPANGAN!" Pak Jaenal selaku guru olahraga yang sejak tadi dilapangan, memilih untuk melihat anak muridnya yang belum menampakkan batang hidungnya dilapangan. "Hei Ririn! Ngapain kamu jongkok sambil nangis?! Cepat sana ke lapangan!"

Ririn yang meratapi nasib ponselnya menunduk menyembunyikan air matanya melihat ponselnya yang sudah menjadi rongsokan. "Kalian ini, disuruh ke lapangan malah main kucing-kucingan. Untung tadi Rava bilang kalau kalian main kucing-kucingan dikelas. Sekarang Bapak nggak bakal tanya, kenapa Ririn nangis kayak gini, ini pasti dia jatuh pas jadi kucing. Dasar kalian ini!" Pak Jaenal terus mengoceh, mengomentari anak didiknya hingga ke lapangan.

Saat dilapangan, Citra melihat ke segala arah. Ngomong-ngomong tentang Rava, kemana cowok itu pergi membawa Renata? Bukannya tadi Pak Jaenal bilang, Rava yang mengadu?

"Pak, Ravanya ke mana?" Citra mengangkat tangan kanannya mengintrupsi saat Pak Jaenal akan memulai pemanasan untuk berolahraga. Citra sebenarnya malas, apalagi pelajaran kedua akan selesai.

"Rava pergi ke UKS, nganter Renata yang kakinya keseleo habis jadi tikus, katanya."

Alasan macam apa itu?!

Teriak Citra dalam hati.

-tbc-

Terima kasih❣

Jangan kaget kalau cerita kedepannya banyak perubahan yang signifikan ;)

13 juli 2020 (edited)
22 juli 2020 (republish)

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now