Part 11

8.1K 641 15
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran

.
.
.

Renata datang terlambat. Sebenarnya masih jam 06.30, tapi melihat kondisi parkiran yang sudah mulai diisi beberapa kendaran, Renata yakin dikoridor ia akan menjumpai orang-orang.

Bisik-bisik mulai ia dengar ketika kakinya memasuki koridor lantai satu, sudah ia duga. Tersebarnya status kepemilikan dirinya yang dinyatakan Rava kemarin, membuat satu sekolah gempar. Banyak yang mencibir, banyak yang bilang jika Renata hanya dijadikan mainan saja.

Memasuki kelasnya sendiri ia sudah melihat Citra duduk dibangkunya dan beberapa teman kelasnya yang lain. Tak ingin menyapa, Renata langsung duduk dan membuka bukunya untuk ia pelajari sebentar.

Satu demi satu teman sekelasnya mulai berdatangan. Tidak ada yang menyindirnya, biasanya Tiara dan Ririn sering sekali nyinyir tentang Renata. Tapi hari ini, semuanya diam. Hingga jam pulang berbunyi tidak satu patah katapun yang Ata dengar tentang kejelekan dirinya, dan Renata tak peduli jika Rava hari ini kembali bolos sekolah sekalipun.

-000-


"Lo serius libatin gadis cupu kayak Renata itu masuk dalam lingkaran lo, Rav?" Denis duduk disamping cowok yang masih mengenakan seragam batiknya.

Rava hanya mengangkat bahunya acuh, tak ingin menanggapi. Tengku datang membawa minuman bersoda dan duduk dihadapan kedua temannya. Membuka satu kaleng dan ia minum beberapa teguk, "ah... segarnya! Bener ya, ternyata air soda itu jernih dan nyegerin." Decak Tengku kagum.

Mereka sedang berada diwarung belakang sekolah, disini ada meja panjang tempat untuk bermain biliar. Ada beberapa temannya yang main. Bi Mala, seorang wanita paruh baya membuka warung kecil-kecilan dijendala yang dirombak menjadi tempat meletakannya dagangan, didalamnya ada meja billiar yang biasanya dijadikan anak-anak sekolah melepas penat.

"Sinting!" Umpat Tengku berteriak membuat kedua temannya menatapnya bingung. "Digrup kelas gue rameh banget. Lo sama Renata jadian Rav?" Tanyanya memicing.

Rava hanya mengangkat bahunya acuh tak peduli. Ia berdiri, mendekati Mbok Mala--panggilan yang anak-anak sebayanya sematkan, memesan mi kuah kesukaannya. Rava duduk didepan dagangan Mbok Mala disamping adik kelas yang kebetulan sedang menunggu mienya yang masih belum matang.

Mereka bertiga berbincang dengan tangan Rava yang sesekali mengambil gorengan yang Mbok Mala sediakan, tak lama pesanannya sudah jadi, dan cowok itu mulai sibuk menyeruput makanan sejuta umat yang tak sehat tapi nikmat. Dari tempat Rava, Tengku dan Denis masih bisa melihat sahabatnya yang begitu lahap makan.

Tengku menatap Rava tak percaya. Ia mengalihkan tatapan bertanya kepada Denis yang masih duduk didepannya. "Lo---" tunjuknya menatap curiga Denis.

"Apa?"

Tengku berdecak. Melihat ruang grup chatnya lagi yang masih sibuk membahas hubungan Renata dan Rava. "Gue kira Rava bakal tetap nunggu tuh tante-tante." Ujarnya menggeleng dramatis. "Tapi dia malah nyari yang pantas untuk dijadikan korban bully."

"Lo percaya mereka jadian?" Tanya Denis.

Tengku mengangguk berulangkali dengan semangat. "Gue sih percaya aja. Itu berarti si cecunguk dungu yang sayangnya jadi sahabat kita sudah move on."

Denis mengehela napasnya dan menatap Rava yang sedang beridiri didekat lemari pendingin untuk mengambil minuman dingin. "Kalo gue nggak percaya."

Tengku meletakan ponselnya dan menatap Denis serius. "Lo nggak seneng kalau Rava mulai buka hati lagi buat cewek lain?"

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now