Part 07

9K 724 10
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!

.
.
.

Setelah selesai dengan tugas menjilidnya, Ata menuju ke toko depan yang menjual segala obat-obatan. Rava yang melihatnya membiarkannya saja. Mungkin Ata merasa takut sejak kejadian ia membentaknya dilapangan tadi.

Masih menggunakan seragam sekolahnya yang sudah lusuh karena tawuran tadi, Rava menggerang saat sakit diwajahnya terasa. Wajahnya terasa kaku saat ia menguap bosan.

Meskipun sudah terbiasa dengan adu jotos, tetap saja rasa sakit setelahnya yang ia rasakan. Meringis pelan, Rava mematahkan lehernya ke kanan dan ke kiri. Menyandarkan punggungnya yang terasa mau patah, Rava menatap Ata yang berjalan menghampirinya.

Gadis berkacamata itu mendekat, duduk disampingnya tanpa membuka suara sedikitpun. Membuat Rava mengangkat alisnya bingung, segitu takutnyakah gadis didepannya ini sampai tidak mau membuka mulutnya?

"Mau ngapain?" Rava memundurkan kepalanya saat tangan kecil Ata terangkat menuju wajahnya. Namun gara-gara memundurkan kepalanya itu, kepala Rava malah membentur tembok dibelakangnya. "Sial," umpatnya pelan.

"Aku mau obatin luka kamu," ucapnya menunduk menatap kapas yang sudah diolesi alkohol yang berada ditangannya.

"Hmm..." Rava bergumam membuat Ata mendongak. "Apa?"

Ata menggeleng. "Kamu masih marah sama aku?" Tanyanya ragu.

Rava mengalihkan pandangannya kedepan. Melihat lalu lalang berbagai kendaraan. Menarik napasnya cowok itu berucap, "lo mau gue nggak marah lagi?" Ata mengangguk dengan cepat. "Obatin luka gue," ujarnya sambil memajukan wajahnya.

Renata yang tidak siap dengan pergerakan wajah Rava yang mendekat membuat gadis itu terpaku sesaat. Wajah itu penuh lebam. Bahkan diujung bibirnya robek dan darah sudah mengering. Ata meneguk ludahnya dengan kaku saat ia sadar jarak diantara keduanya sangat dekat.

"Tanpa kamu minta, tadi aku udah mau ngobatin luka kamu. Tapi kamunya malah---"

"Udah obatin aja. Gak usah cerewet." Ucapan sarkas Rava membuat Ata bungkam. Ia mulai terbiasa dengan nada bicara sarkas yang sudah melekat pada diri Rava. Meskipun terkadang masih ada rasa takut ketika Rava marah dan membentaknya.

Dengan pelan Ata membersihkan luka diwajah Rava, sesekali ia akan berhenti saat cowok itu mengeluarkan erangan tertahan, membuat Ata ikut meringis mendengarnya.

Rava memperhatikan wajah gadis yang sedang mengobatinya dengan pandangan meneliti. Sebenarnya jika diperhatikan bentuk wajah Renata bulat, pipinya agak tembem, dan Rava terpaku pada dagunya. Dagunya akan terlihat seperti terbelah, saat gadis itu tersenyum atau berbicara. Seperti sekarang, Renata masih mengomel tidak jelas tentang betapa tidak pentingnya tawuran.

Membenarkan kacamatanya yang melorot, Ata melanjutkan mengobati luka Rava dengan lebih hati-hati. "Lagian ngapain sih pake acara tawuran-tawuran segala? Mau sok keren? Mau jadi jagoan biar jadi populer, iya?" Tanpa sadar Renata mengoceh panjang lebar. Membuat Rava sadar, jika gadis didepannya ini sebenarnya memang cerewet. Lingkungan disekitarnya membuat Ata hanya bisa terdiam saat dirinya menjadi sasaran bully.

Merasa tak perlu menjawabnya, Rava kembali teringat kejadian sebelum tawuran tadi berlangsung. Saat hari minggu teman-teman Rava beradu dalam pertandingan basket. Jackson--temannya dari sekolah lain tiba-tiba datang dan menantangnya untuk berduel. Saat pertandingan berlangsung, pihak Jacskon bermain curang dengan mendorong salah satu teman Rava. Karena tidak terima, Rava langsung menyerang Jackson dengan satu bogeman. Melihat ketuanya yang tiba-tiba diserang, teman-teman Jackson yang lain ikut beradu jotos dengan teman-teman Rava.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now