Part 14

7.3K 601 16
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!

.
.
.

Ata menatap Rava yang tersenyum setelah mengatakan 'orang yang speisal' apa ia tak salah dengar? Seorang Rava bisa berkata seperti itu? Seorang Rava yang katanya dingin, cuek, suka berkelahi ini bisa berkata demikian?

"Selamat atas pernikahannya, semoga cepat mendapatkan momongan." Rava kini beralih ke pengantin laki-laki yang menyambutnya dengan hangat.

Berbeda dengan suaminya, Ayaana menatap Renata dengan bingung. Benarkah Rava sudah tidak mencintainya lagi? Memikirkannya entah kenapa Ayaana ragu. Ia hanya menganggap Rava sebagai adiknya, tak ada perasaan lain selain itu. Tapi melihat Rava yang datang bersama 'orang speisal' Ayaana takut. Takut jika Rava mempermainkan gadis yang terlihat polos ini.

Ayaana menarik napasnya dalam, ia tersenyum dan menarik Renata ke dalam pelukannya. Ata yang dipeluk sontak saja terkejut. Ia tidak kenal siapa orang ini. Bahkan Ata tak bergeming saat Ayaana berbisik. "Terima kasih sudah hadir dihidup Rava." Setelahnya Ayaana melepas pelukan itu dan tersenyum. Ata terpaku, ada makna dibalik ucapan yang Ayaana katakan.

Rava yang melihat Ata dipeluk Ayaana, langsung menarik tangan Ata untuk turun, membawanya ke meja panjang yang diatasnya berisikan berbagai macam makanan inti hingga dissert.

Apa yang Rava lihat tadi sungguh membuatnya tak habis pikir. Ia membawa Ata agar Ayaana cemburu, setidaknya sedikit. Tapi yang ia lihat sebaliknya, Ayaana memeluk Ata. Menyebalkan.

Memangnya apa yang ia harapkan jika Ayaana cemburu? Membatalkan pernikahannya? Jangan konyol, bahkan Ayaana sudah resmi menjadi istri dari seorang pengusaha. Bercerai, lalu berpacaran dengannya? Itu bahkan lebih gila, Ayaana dan Bramasta saja baru menikah hitungan jam. Sudahlah, memikirkannya saja membuat Rava kesal sendiri.

"Rava," Ata menarik hoodie yang cowok itu kenakan. Entah apa yang cowok disampingnya itu pikirkan, tapi yang jelas Ata merasakan ada sesuatu diantara pengantin wanita dengan Rava.

"Apa?"

"Aku mau minum," tatapnya takut-takut.

"Bentar, gue ambilin dulu." Rava berniat beranjak tapi segera ditahan oleh Ata. "Apa lagi?"

Ata menunduk, meremas tangannya. "Aku bisa ambil sendiri. Aku nggak nyuruh kamu buat ambilin minum untuk aku," Ata hanya tak ingin jika ia seperti memanfaatkan Rava untuk mengambilkannya minuman.

Rava yang mendengar penuturan gadis didepannya hanya mendegus. Pede sekali gadis ini. "Gue memang mau ambil minuman, bukan cuma buat lo. Tapi gue juga haus. Nggak usah ge-er." Setelah mengatakan hal itu Rava melongos pergi meninggalkan Ata begitu saja.

Mendapat respon judes dari Rava, membuat Ata terdiam. Cowok itu seolah lupa jika sebelum masuk ke gedung ini pernah melakukan hal manis kepadanya yang mengakibatkan jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari biasanya.

Ata menggeleng, perasannya biarlah menjadi urusannya, tidak perlu merasa harus dipikirkan. Mengambil piring kecil disampingnya, Ata mulai mengambil beberapa tusuk sate beserta bumbu kacangnya.

Baru saja tangannya terangkat untuk memakan, namun ia urungkan saat seseorang seperti memperhatikannya dari belakang. Berbalik, Ata melihat ke sekelilingnya dan tak menemukan seseorang yang sedang memperhatikannya. Ata acuh, ia kembali menghadap mejanya, dan mulai memakan satu tusuk sate.

Lagi, Ata merasakan seseorang sedang melihat ke arahnya. Ia kembali berbalik, betapa terkejutnya ia saat melihat seorang pria sedang menyeringai menatapnya. Dibalik guci yang berisi karangan bunga besar, pria itu berdiri disana membaur dengan orang-orang.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now