Part 16

7.2K 641 21
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!

.
.
.

"Den lo dimana? Gue butuh bantuan lo." Belum sempat Denis menyapa, orang yang menelepon tanpa tahu basa-basi langsung to the point.

"Gue lagi dijalan. Ada apa?"

"Gue bakal kirimin alamat dan lo harus dateng. Gue tunggu."

Tut!

Denis menatap ponselnya tak percaya. Rava baru saja meminta tolong kepadanya. Jarang sekali cowok itu meminta bantuan jika tidak ada hal serius.

"Kenapa?" Denis menoleh, melihat Citra yang duduk disampingnya. Memasukan ponselnya ke dalam saku kemeja putihnya, Denis kembali mefokuskan matanya ke depan.

"Rava." Ucapnya. "Dia nyuruh gue dateng ke alamat yang dia kasih." Memberhentikan mobilnya saat lampu merah menyala, Denis menatap ponselnya saat ia merasakan geteran kecil dari ponsel yang ia letakan di atas dashboard. "Kita ke alamat ini dulu, ya."

Citra mendekatkan kepalanya dan melihat sebuah alamat yang tertulis beserta peta GPS yang mengarah ke alamat tersebut. "Posisi kita gak jauh dari sini. Mungkin sekitar lima menit kita bisa sampai." Tuturnya. Citra kembali duduk tegap, menoleh saat Denis memperhatikannya dengan lekat. "Apa?"

Denis menggeleng. "Kamu nggak keberatan?" Mereka kembali melaju saat lampu merah berganti.

"Nggak apa-apa. Pasti ada sesuatu yang terjadi sama Rava. Kalau dia udah minta tolong, berarti masalahnya memang tidak bisa ia atasi sendiri." Denis tersenyum mendengar penjelasan Citra.

Mungusak kepala gadisnya dengan tangan kirinya gemas, "cewek siapa sih? Gemesin banget."

"Denis!" Sentak Citra membuat Denis tertawa senang. Citra merengut, membenarkan rambutnya yang sedikit kusut. "Berantakan tau nggak? Nyebelin banget sih." Omelnya.

"Iya-iya maaf." Tangannya kini mengelus pucuk kepala Citra yang masih gadis itu rapihkan.

-000-

Setelah mengirim alamat Renata, Rava masuk ke dalam rumahnya membawa sepatu kecil milik adiknya.

Meletakan sepatu kecil itu diatas meja ruang tamu, Rava berteriak. "Mah, abang keluar sebentar! Sepatunya abang taruh diatas meja!"

"Iya!" Rani menjawab dengan berteriak membuat putrinya menoleh ke arahnya.

Rava keluar dari rumah menghampiri motornya dengan cepat. Memakai helmnya dan melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Setelah mendengar cerita dari Tante Nia, jika Om Hadi-- suami dari Tente Nia yang menjadi Omnya Renata datang ke Jakarta untuk membawa Ata ke Bandung.

Rahangnya mengeras saat Tante Nia berkata jika Ata akan dijadikan salah satu pemuas nafsu seorang pria bejat nantinya. Kini ia paham kenapa Ata sangat ketakutan saat di gedung pernikahan tadi. Omnya berada didalam gedung itu juga, tapi bagaimana bisa?

Ada rasa syukur saat ponsel gadis itu tertinggal, ia kini bisa tau semua kehidupan gadis cupu itu. Sedikit perasaan bersalah menghampirinya saat ia mengingat jika dirinya memanfaatkan gadis itu hanya sebagai pelarian semata.

Ata...

Gumam Rava dalam hatinya.

Ata...

Rava menarik gas tangannya semakin kencang agar cepat sampai dirumah Renata.

-000-

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now