Part 22

6.5K 572 15
                                    

Warning!!

Typo, EYD dan kalimat rancu bertebran!

.
.
.

"Dapat berapa?"

Saat ini mereka berlima sedang duduk diatas lantai, jam istirahat mereka gunakan untuk menghitung uang donasi yang mereka dapatkan dari teman sekelasnya.

"Lumayan banget nih, dapat 499.500." Ucap Citra yang menghitung uangnya.

Tengku mengernyit, "kok ada lima ratusnya sih?" Citra mengangkat bahunya tidak tau. "Jangan-jangan si Tiara and the geng itu yang ngasihnya lima ratusan."

"Gak baik berprasangka buruk sama orang, Tengku." Ata berujar. Hanya Ata sepertinya yang memanggilnya dengan benar.

"Eh bentar," Denis bangkit menuju ke arah bangku Sri, ia berjongkok mengambil sesuatu dalam kolong mejanya. "Nah ketemu!" Serunya semangat. "Nih! Jadi paskan? Lima ratus ribu."

Citra menahan tangan Denis dan berdecak, "lo gila? Tau darimana lo disitu ada gopek? Tindakan lo itu tadi bisa dikatakan sebagai maling tau nggak? Lo ngambil uang yang bukan milik lo!" Tengku mengangguk semangat membenarkan ucapan Citra. "Taruh balik sana," suruhnya.

"Ini uang gue Citra. Sri pernah hutang ke gue lima ratus waktu beli cireng dikantin," jelasnya. Kemudian ia menoleh ke arah Tengku, "lo nggak inget Teng? Itu looh yang waktu Sri uangnya kurang lima ratus tapi dia udah makan lima cirengnya? Inget nggak lo?" Denis yang sempat tidak sengaja melihat uang recehan dikolong meja milik Sri beralasan, ia mengedipkan matanya berulang kali ke arah Tengku.

Tengku yang paham kemudian berteriak, "ah! Iya, Cit! Gue inget sekarang, udah masukin aja masukin lumayan." Tangannya menepuk pundak Denis, "sori Den, gue lupa."

Rava yang menangkap gelaget aneh kedua sahabatnya mendengus, Dasar!

"Nanti gue ngomong sama ketua osis minta izin biar seluruh kelas ikutan berdonasi, sekalian gue nanti minta tolong buat minta sumbangan ke guru-guru sampai ke kepala sekolah." Rava berkata seraya berdiri, mengibaskan celananya agar debu yang menempel terlepas. "Kita bagi tugas, gue, Denis dan Tengku mau ke ruangan osis. Ata dan lo, ke ruangan wali kelas minta izin dulu, biar sekalian nanti dibantuin." Semuanya mengangguk, kecuali Denis yang menyahutinya dengan semangat.

"Kelas XI IPA-4 biar gue yang pegang," Denis menepuk dadanya.

"XI IPS-1 gue yang bertanggung jawab," Tengku tak mau kalah.

Mereka rela membolos dari kelas masing-masing saat dikelas XI IPA 2 tidak ada guru yang masuk.

"Okeeeh!!"

-000-

"Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Citra bingung.

Pasalnya sejak keluar dari ruangan wali kelas, mereka berdua memutuskan untuk makan dikantin lebih dulu karena istirahat akan segera berakhir dalam tujuh menit lagi. Mereka memilih makan roti bakar yang tidak membutuhkan waktu lama agar saat bel masuk berbunyi tidak terlalu terburu-buru.

Ata menggeleng, ia menunduk dan kembali menyantap rotinya. "Nggak apa-apa. Aku cuma bingung sama kamu."

Masih dengan dahi yang mengkerut, Citra menggeser kursi plastiknya agar bisa melihat raut wajah Ata yang menunduk. "Maksudnya?"

Menelan ludahnya gugup, Ata memberanikan dirinya menoleh ke samping menatap Citra. "Dulu waktu pertama kali aku pindah ke sini, kamu nggak sebaik ini sama aku---enggak, bukan itu maksud aku," cegat Ata saat Citra mau memotong ucapannya. "Beda sama Tiara dan yang lainnya, aku mggak bisa ngartiin tatapan kamu ke aku. Kalau yang lain natap aku dengan benci dan risih, kamu nggak natap gitu ke aku, tapi kamu juga nggak seramah yang aku tangkap dari tatapan kamu."

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin