Part 35

5.5K 436 12
                                    

Awas banyak typo!
.
.
.

"Sebentar, ada yang ketinggalan." Rudi melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil kembali ke dalam rumah.

"Eh gimana ceritanya lo pada dapat ijin dari Om Rudi?" Tanya Tengku menatap Citra disamping Denis dan Rava yang duduk didepan samping kemudi.

Citra melirik acuh ke arah Tengku dan tidak mau berniat menjawab. Rava yang akhirnya mengambil alih, "ya nggak gimana-gimana. Tiba-tiba bokap langsung ngijinin."

"Bohong dosa lo!" Kata Denis. "Lagian nggak mungkin Om Rudi gampang banget ngijinin kita buat ikutan kasus kayak gini."

Baru saja Rava ingin menjawab, ponsel yang berada diatas deashboard berdering menandakan pesan masuk dan tanpa sengaja Rava melihat pop up whatsapp.

Ipda Lukman Arrief S.H
Posisi korban sudah dipastikan tidak akan bergerak.

Segera ke kantor polisi untuk-

Rava tidak bisa melanjutkan membacanya karena layar ponsel Rudi berubah menjadi gelap dan tepat saat itu juga ayahnya kembali dengan membawa amplop berwarna cokelat ditangannya.

"Kapan ponsel Abang bisa diambil, Pah?" Tanyanya mencoba memancing obrolan tentang keberadaan Renata.

Rudi yang selesai memasukkan amplop cokelat tadi ke dalam tas jinjingnya menatap anaknya. "Setelah kasus ini selesai."

Mobil berjalan meninggalkan perumahan. Mobil yang saat ini digunakan adalah mobil milik Rudi, itu syarat salah satunya agar mereka diijinkan untuk ikut dalam penyelamatan Renata.

"Memangnya Renata belum ditemukan, Om?" Rasanya Rava ingin berterima kasih kepada Tengku karena tanpa sadar sahabatnya itu menanyakan apa yang ingin ia tanyakan.

"Tadi pagi-" seolah teringat sesuatu, Rudi dengan cepat mengambil ponselnya dan membukanya. Lampu merah kebetulan menyala, dengan leluasa Rudi membuka pesan dari temannya yang bekerja dikepolisian sekaligus yang menangani kasus ini. "Sudah dapat. Posisi Renata bisa dipastikan berada di Bandung."

Mendengar penuturan Rudi, Rava dan ketiga temannya yang duduk dibelakang menarik napasnya lega.

-000-

"Minum!"

Renata terus menggeleng. Enggan menelan air minum yang terus disodorkan ke mulutnya. Ia sudah bersumpah lebih baik mati daripada harus minum dan dijual kepada pria hidung belang.

Dengan keadaan masih terikat dikursi, rambut Renata ditarik dengan kecang membuatnya menengadah ke atas dengan mata terpejam. "Lo milih mati disini, hah?!"

Tidak ia hiraukan pertanyaan Hadi. Renata fokus pada rasa sakit disekujur tubuhnya, terutama dikepalanya yang terasa nyut-nyutan karena rambutnya ditarik.

"Dengerin gue bocah. Kali ini gue akan berlaku kasar demi uang yang akan gue dapatin dari menjual lo. Jadi jangan harap lo mendapatkan perlakuan lembut lagi dari gue, paham?" Hadi menghempaskan kepala Renata secara kasar. "Sekeras apapun lo mencoba kabur dari sini, lo nggak akan bisa. Sekalipun lo mati, mayat lo nggak akan pernah ditemukan sampai kapanpun." Setelah berkata seperti itu Hadi keluar dan mengambil kardus berisikan pecahan kaca.

Renata menahan isakan yang ingin lolos dari mulutnya. Kenapa disaat ia sudah dekat dengan pecahan-pecahan kaca itu, Omnya datang dan menggagalkan semua rencana Ata yang ingin kabur dengan memotong tali yang mengikat dirinya. Tangannya sudah sakit karena ia berusaha terus untuk membuka ikatannya.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now