Part 32

5.5K 436 29
                                    

Warning!!
Typo, EYD dan kalimat rancu bertebaran!!
.
.
.

Bandung

Renata mengerjapkan matanya berulang kali. Kegelapan yang Ata lihat membuatnya bingung. Ia mengernyit mencoba mengingat hal terakhir apa yang ia lakulan.

Matanya melebar saat kilasan memori tentang dirinya yang dibawa paksa oleh Om Hadi. Dengan panik Ata bergerak, tapi tubuhnya tertahan oleh sesuatu yang mengikat.

Gelap. Semuanya gelap. Ata tidak tahu ia berada dimana tapi ia bisa merasakan jika kaki dan tangannya terikat. Mulut yang tertutup lakban membuat Ata tersadar jika ia kini diculik.

Menggerakkan tubuhnya secara asal Ata berusaha keluar dari tali yang mengikat tangannya. Tapi itu tak membuahkan hasil karena hanya akan menyakiti dirinya sendiri.

Samar Ata mendengar suara langkah kaki disusul dengan suara kunci yang memutar dan terakhir bisa Ata dengar sesorang membuka pintunya. Tanpa sadar Ata menahan napas.

Kantung hitam berbahan kain yang menutupi leher hingga kepalanya terbuka. Terang menerpa retina matanya, Renata mengerjapkan matanya beberapa kali guna menyesuaikan cahaya dan barulah ia melihat jika Hadi berdiri didepannya dengan tatapan pongah.

Dengan jarak pandang yang dekat, Ata bisa melihat dengan jelas senyum menjijikan yang selama ini ia benci terpatri diwajah Hadi. Ata baru tersadar saat ia mengedarkan pandangannya, ia tidak mengenakan kacamatnya. Terlihat buram jika melihat objek dari jarak jauh. Tapi meskipun begitu, Ata masih bisa melihat walaupun tidak terlalu jelas kini ia berada disuatu ruangan yang berisi banyak sekali barang. Bahkan tasnya tergeletak begitu saja diantara tumpukan barang.

"Akhirnya gue akan mendapatkan uang yang banyak. Hahaha!" Katanya dengan suara tawa menyebalkan. "Lihat bukan, melepas itik buruk rupa nyatanya tidak rugi, karena gue mendapatkan angsa yang akan mengahsilkan telur emas."

Ata menggeleng dan bergumam tidak jelas karena lakban hitam masih menempel dimulutnya. Paham jika keponakan kecilnya ingin berbicara, dengan kasar Hadi menarik lakbannya membuat Ata terpejam karena lakban yang tercabut tiba-tiba.

Ata menatap Hadi tidak habis pikir. Ia memperumpakan dirinya dan Tante Nia sebagai binatang yang hanya bisa dijadikan alat untuk mendapatkan uang. "Maksud Om, apa? Lepasin, Om! Ata pengin pulang!" Katanya seraya menghentakkan kursi yang ia duduki karena tangan dan kakinya masih terikat. Mengakibatkan kursinya bergerak karena Renata yang mencoba berdiri.

Hadi menatap sinis Renata, "Heh bocah! Asal lo tau ya, semenjak Tante lo kabur dan berhenti jadi pelacur hidup gue miskin! Gue nggak bisa minum dan berjudi, duit gue habis!" Bentaknya membuat Ata sedikit tersentak. Tak lama Hadi kembali tersenyum. "Tapi penderitaan gue akan berakhir dengan adanya keponakan kecil Om yang tersayang ini."

Tawanya kembali mengalun membuat Ata tanpa sadar meneteskan air matanya. "Cup, cup, cup. Keponakan Om yang cantik nggak boleh nangis." Katanya seraya mengusap bulir-bulir air mata di pipi Ata.

Tubuhnya tanpa sadar bergetar, merasakan ketakutan yang sempat bisa ia kendalikan tapi kini gagal. Ata menangis tanpa suara mengigit bibirnya kuat-kuat agar tidak terisak.

Perkataan Hadi bukannya menenangkan malah membuat Ata semakin mengingat kejadian masa lalu yang hampir membuat ia di lecehkan oleh laki-laki biadab. Dan kini, Ata kembali ke tempat dimana para hidung belang berada.

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now