Part 29

5.4K 474 20
                                    

Awas banyak typo!

.
.
.

"Ayaana?" Seharusnya Rava mengambil jalan lurus. Tapi ia berbelok dan Rava turun dari motor setelah melepas helmnya dan mendekati Ayaana yang duduk dikursi depan mini market.

Merasakan kehadiran seseorang yang mendekati dirinya, Ayaana mengangkat kepalanya dan melihat Rava yang kini sudah berdiri didepannya. Ia tersenyum sebagai sapaan.

"Sendirian?" Rava duduk dikursi yang bersebrangan dengan kursi Ayaana. Kini mereka dipisahkan meja bundar berwarna hitam yang berada ditengah-tengah.

Ayaana mengangguk. "Iya. Kamu habis tawuran ya?" Tebak Ayaana saat melihat Rava masih mengenakan seragam sekolah dan wajahnya yang  babak belur. "Nggak sakit apa tawuran terus," katanya tidak suka.

Rava hanya mengendikkan bahunya acuh. Merasa tidak peduli dengan yang Ayaana katakan. Kemudian keduanya diam. Ayaana sibuk dengan ponsel yang ia pegang dan Rava mengamati wajah Ayaana yang lebih tirus dari terakhir Rava lihat.

Sampai tatapan Rava terpaku di lengan Ayaana yang tidak tertutupi kemeja, Rava bertanya, "tangan kamu kenapa?" Tunjuknya pada lebam hijau keungu-unguan yang berada di lengan Ayaana.

Ayaana sempat terperanjat dan dengan cepat ia menurunkan lengan kirinya kebawah meja. Tatapannya berpendar ke sekeliling, enggan menatap balik Rava. "Itu---tangan aku sempat kebentur meja. Iya kebentur." Katanya seperti meyakinkan dirinya sendiri. Rava semakin menatap Ayaana curiga.

"Kamu ng---"

"Lebih baik kamu pulang, Rav. Udah setengah delapan, kamu belum mandi, kan? Luka kamu juga belum diobatin," potongnya cepat. Ia memang belum pulang sejak tawuran berakhir, wajahnya bahkan sudah merasakan kaku karena luka-luka bogeman yang ia dapatkan.

Rava mendengus. Tipikal Ayaana, jika perempuan itu berbohong maka dengan cepat ia akan mengalihkan pembicaraan. "Jangan bilang suami lo yang ngelakuin ini?" Tuduhnya dengan tanpa sadar mengganti sebutan Ayaana.

Ayaana bahkan sempat merasakan asing dipendengarannya saat Rava memanggilnya dengan sebutan 'lo' bukan lagi 'kamu' yang beberapa detik lalu cowok itu masih katakan. Ia melongos, "bukan urusan kamu."

"Melihat respon lo yang seperti ini, gue yakin seratus persen suami lo KDRT."

"Rava!" Bentaknya keras. Membuat beberapa orang yang berada diparkiran depan mini market menoleh ke arah mereka.

"Apa?" Jawabnya santai seolah tak terganggu dengan bentakan Ayaana dan sekelilingnya.

"Kamu berubah," katanya lirih dengan pandangan kecewa.

Rava menegakkan tubuhnya, kedua tangannya ia letakan diatas meja. "Gue berubah? Dalam hal apa?" Tanyanya. Bahkan kini Rava baru sadar saat ia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan seperti biasanya.

Ayaana hanya diam menunduk. Rava yang memastikan Ayaana tidak akan menjawab pertanyaannya, cowok itu melanjutkan. "Kalau lo tanya soal perasaan gue ke lo, gue juga nggak tau. Mungkin sudah hilang atau masih sama? Gue bingung, Aya." Pikirannya bercabang mengingat Renata. Ia tersenyum tipis saat terlintas rambut berkepang dua dipikirannya yang sering ia lihat. Ayaana yang melihat senyuman Rava merasa terpaku. Rava tersenyum untuk gadis lain. Benarkah?

Si cupu & Si Badboy (TAMAT)Where stories live. Discover now