02. Si Antagonis

2K 235 49
                                    

"Setiap orang sering merasa kelelahan, bahkan dengan dirinya sendiri."

**************

"Dari mana?" Danu, Ayah Saga langsung bertanya, begitu melihat sosok berbalut selimut tebal itu masuk ke dalam rumah melalui pintu utama.

Saga menghentikan langkahnya sembari menghela nafas pelan. "Rumah Dygta."

"Gimana latihan hari ini? Berapa pukulan yang berhasil kamu kasih buat Genta?"

Saga yang sebelumnya diam dengan kepala menunduk, kini mengangkat wajahnya. Menatap netra sang Ayah yang tampak dingin seperti biasanya.

"Hari ini Saga nggak latihan."

Kaki Saga hendak kembali melangkah, tapi tertahan karena cekalan tangan Danu yang terasa sangat kuat. Netra setajam elang laki-laki yang berada di akhir usia tiga puluh itu menatap tepat ke arah iris kembar Saga.

"Sampai kapan kamu mau males-malesan? Nggak malu sama Dygta? Nggak malu sama Genta!"

Saga tersenyum tipis. "Minta aja mereka berdua jadi Anak Papa."

Dengan sedikit kasar, Saga melepaskan cekalan tangan sang Ayah darinya. Laki-laki dengan tinggi seratus tujuh puluh sembilan sentimeter itu melangkah cepat menaiki tangga menuju lantai dua dan masuk ke dalam salah satu kamar dengan pintu yang di lapisi cat berwarna keemasan.

Kamar itu berukuran sangat besar, dengan sebuah rak penuh dengan buku komik Naruto. Di sisi lain ada beberapa medali yang tersusun rapi di dalam lemari kaca. Medali itu, adalah medali penghargaan bagi Saga dalam kompetisi Judo dan beberapa seni bela diri yang lainnya.

Saga menghempaskan tubuhnya ke atas king size yang ditutup dengan bed cover berwarna hitam. Remaja itu menghela nafas panjang, kemudian mulai meringkuk. Ia benci perasaan gelisah ini lebih dari apapun.

************

Pagi hari adalah saat yang paling Saga sukai di sekolah. Ia bisa datang dan mencari beberapa anak yang mungkin bisa diajak bersenang-senang. Remaja itu bahkan meninggalkan Dygta yang terlalu malas untuk berlari dan mengikuti kegilaan apa yang akan Saga lakukan hari ini.

Netra Saga mendapati seseorang yang teramat dikenalnya baru saja keluar dari ruang guru. Membawa tumpukan buku tugas dari kelas XI IPA 3 yang gedungnya berada di sebelah Utara gedung utama.

Ada senyum tipis yang terpatri di paras tampan Saga seiring dengan langkahnya yang kini dibuat dengan setenang mungkin. Semakin dekat dirinya dengan Arkan, maka semakin cepat pula langkah yang diambil Saga. Sampai....

Brugh

"Saga!"

Sang pemilik nama bahkan tak berbalik meskipun ia baru saja menabrak Arkan, apalagi Arkan juga sudah memanggilnya dengan nada penuh aamrah. Tapi Saga tetap melangkah lurus dengan senyum penuh kemenangan terpatri di parasnya.

"Kak Saga." seorang gadis kini berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk.

Sedikit mendesah malas, netra Saga menatap tajam ke arah gadis dengan surai sepinggang berwarna hitam itu.

"Kenapa?"

"Aku mau ngasih ini buat Kakak."

Satu kaleng soda. Saga menganggukkan kepalanya sembari meraih minuman itu. Menatap bagaimana tampilannya selama seperkian detik sebelum melemparkan benda itu tepat ke dalam tempat sampah.

Take Your Time [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang