6. Yang Terkutuk

1K 185 9
                                    

"Di saat kita menyayangi seseorang, tanpa sadar kita akan mulai bersikap berlebihan. Sikap yang suatu saat nanti akan menjadi alasan dari sebuah perpecahan."

***************

Hidup dalam terlalu banyak aturan dan juga tekanan bukanlah sesuatu yang Saga inginkan. Saga ingin mencoba untuk lari, tapi Saga juga sadar bahwa dirinya adalah seorang pengecut.

Bukan hanya sekali dua kali Saga mencoba, dan hanya berkahir di seret pulang oleh orang suruhan ayahnya yang ada dimana-mana.

Pagi itu, Saga memutuskan untuk pergi sendiri. Terlepas ia akan datang ke sekolah atau kembali membolos itu urusan belakangan. Yang pasti Saga hanya ingin cepat keluar dari rumah mewah yang terasa seperti kastil terkutuk itu.

Sesaat setelah merangkak keluar melalui pintu rahasianya, Saga langsung berhadapan dengan Dygta. Air wajahnya masih terlihat tenang seperti biasanya, tapi tatapan pemuda manis itu sedikit menajam.

"Lo udah dipukulin gara-gara bolos kemarin, Ga. Sekarang mau kemana lagi?"

Saga hanya melengos, melangkah cepat tanpa peduli bahwa Dygta sedikit berlari untuk mengikutinya.

"Saga!" Dygta mencekal lengan kurus Saga dengan sedikit kasar.

"Apa sih bangsat!"

Dygta sedikit terkejut kala Saga terlihat benar-benar marah. "Apa urusannya sama lo kalau gue dipukulin?"

"Ga, gue khawatir sama lo."

Sang pangeran itu tertawa kecil. "Khawatirin hidup lo sendiri Dyg."

Setelahnya Saga berlalu, bertemu Dygta membuat perasaannya semakin berantakan. Ia tak ada niat untuk pergi ke sekolah dan mungkin lebih memilih untuk membolos. Pergi kemanapun yang pasti ia akan menghindar dari rumah dan sekolah untuk hari ini.

Langkah Saga membawa sosoknya ke sebuah warung kopi pinggiran yang dilengkapi dengan tempat bermain biliar. Karena rasa penasaran, Saga melangkah masuk dan mendapati bagaimana ramainya tempat itu oleh para orang tua maupun remaja meskipun saat ini masih terhitung sangat pagi untuk memulai aktivitas.

Netra Saga menatap wajah berantakan mereka dan bisa menyimpulkan sesuatu. Mereka semua bermalam disini.

Permainan biliar yang para pengunjung warung kopi ini di bumbui dengan taruhan. Uang berwarna merah dan juga biru terlempar ke atas papan beberapa kali dari orang yang berbeda. Dalam hati Saga tertawa, orang-orang selalu punya berbagai macam cara untuk mendapatkan banyak uang. Seakan-akan uang dan kekayaan adalah sesuatu yang paling utama padahal nyatanya tidak.

Saga kaya, tapi dia tak pernah bahagia. Atau mungkin dia kurang bersenang-senang selama ini?

Remaja itu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dari dalam dompetnya sembari mengikuti cara orang-orang disana melemparkan uang. "Gue ikut."

******************

Dygta bisa merasakan kepalanya berdenyut hanya karena memikirkan dimana Saga saat ini. Genta baru saja mengirim pesan yang mengatakan bahwa Prasaga kembali absen dari kelas.

Ini jelas bukan berita baik. Bagaimana kalau sampai Danu tahu dan menyeret anak itu lagi? Hanya dengan membayangkannya saja, Dygta sudah merasa tak nyaman. Ia berdiri di pihak yang tahu menahu tentang bagaimana hubungan dan masalah keduanya, jadi di saat ia harus diam layaknya orang bodoh yang tak tahu apa-apa, Dygta jelas akan merasa sangat bersalah. Ia tak mau kesalahpahaman itu akan membesar dan berakibat semakin buruk kedepannya.

Take Your Time [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang