07. Hi Dad

1.1K 176 16
                                    

"Ayah adalah sosok dengan sejuta rahasia dan rasa sakit yang tak akan bisa dimengerti oleh siapapun."

**************

Saga sudah pernah mendengar kalimat bahwa seorang ayah itu kaku dan tidak baik dalam mengekspresikan perhatian dan juga rasa sayang yang mereka miliki.

Kebanyakan sosok ayah hanya akan melakukan yang terbaik dalam tanggung jawabnya seperti mencari nafkah dan sedikit mengabaikan anak-anak mereka. Bukan karena mereka ingin, tapi karena mereka bingung dan tenggelam dalam sebuah rasa canggung.

Dulu, Saga juga sempat berpikir seperti itu. Dia kira ayahnya hanya tidak tahu bagaimana cara memberi perhatian dan juga menyayanginya. Apalagi Danu juga tak memiliki sosok istri yang bisa mengajarinya bagaimana cara bersikap lembut pada seorang anak.

Saga pikir Danu sedang berusaha keras, bekerja setiap hari dan sedikit mengabaikannya untuk mencari banyak uang dan membuat mereka bisa bertahan hidup.

Tapi semakin lama, Saga merasa semakin muak. Ayahnya jarang ada di rumah dan menetapkan banyak peraturan untuknya. Mulai dari jadwal latihan bela diri yang cukup ekstrem sampai dia yang tidak boleh berteman dengan sembarang orang. Saga tidak boleh mempercayai sembarang orang.

Ada beberapa bawahan yang selalu mengantar dan menjemputnya ke sekolah sehingga Saga sama sekali tak memiliki waktu untuk bermain atau sekedar mencari teman.

Sejak di sekolah dasar dan sekolah menengah, semua anak menjauhinya karena beberapa kali bawahan sang ayah membentak mereka dan melarang untuk mendekati Saga. Salah satu alasan kenapa Saga sering disebut sebagai pangeran. Semua mengolok ayahnya yang terlalu berlebihan, dan bahkan menaruh curiga jika ayahnya memiliki bisnis kotor sehingga Saga tidak boleh dekat dengan siapapun dan membongkar rahasia kelam itu.

Saga adalah anak tunggal. Tanpa saudara, tanpa orang tua dan tanpa teman. Hidupnya benar-benar kaku dan terasa membosankan. Itulah alasan kenapa Saga juga tumbuh menjadi anak yang sulit untuk dimengerti bahkan egois.

Karena selama ini semua orang selalu mendengarkan apa yang ia inginkan. Ia tidak pernah merasakan berdebat dengan teman dan harus mengalah akan sesuatu. Prasaga adalah anak yang sudah rusak, itu yang sering teman-teman Saga katakan.

Danu menatap lurus ke arah putra tunggalnya yang menyuapkan nasi dari piringnya sedikit demi sedikit. Sedari tadi hanya ada rasa canggung yang cukup dominan tanpa ada usaha untuk mencairkannya.

Danu itu kaku, dan sialnya Saga juga sama. Mereka pasti akan memakai urat setiap kali berbicara, sehingga saat ini Danu memilih diam. Ia ingin Saga menyelesaikan makanannya tanpa marah-marah dan tidur di rumah bukan di tempat Rian.

Saga menusuk paha ayam kecap di piringnya dengan garpu. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali sehingga menciptakan suara gaduh yang membuat kesabaran Danu lenyap.

"Makan dengan baik, Saga."

"Sepi. Saga nggak suka," ujarnya sembari mematri senyum miring yang tampak menyebalkan.

"Kita lagi makan. Jadi kamu harus menghargai Papa dan menghargai makanan. Makan dengan tenang, itu etika."

Netra Saga menyipit. "Menghargai ... kayaknya baru pertama kali Papa nyebut soal itu. Maaf, Saga nggak ngerti apa itu menghargai."

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now