15. Bagaimana Caranya?

852 155 23
                                    

"Ada banyak orang yang harus terluka tanpa tahu bagaimana cara untuk membuat dirinya kembali baik-baik saja."

****************

Ada banyak orang yang terlahir untuk membagi lukanya dengan mudah. Tapi ada sebagian orang yang terlahir untuk menyimpan luka mereka hanya untuk diri sendiri.

Dan Saga adalah sosok yang kedua. Seburuk apapun ia terluka, ia hanya membiarkan orang lain mengetahuinya melalui situasi yang bisa mereka baca. Sementara Saga tetap tidak akan mengatakan apa-apa.

Nara menyelipkan bahunya di belakang tubuh Saga. Merangkul bahu itu dengan erat sehingga Saga bisa sepenuhnya mendapat perlindungan dari dirinya. Hembusan nafas hangat laki-laki itu terasa menggelitik leher Nara yang terbuka, tapi gadis itu tak peduli. Pikirannya sibuk menerka-nerka. Apa yang harus ia lakukan untuk menghibur?

Diletakkannya ponsel dengan flash yang masih menyala sedikit jauh dari mereka. Menjadi satu-satunya penerangan di tempat keduanya terjebak dalam keheningan.

Saga menepuk dadanya dua kali seakan mencoba untuk bernafas, dan Nara cukup cekatan untuk ikut mengusapnya dan berujar lembut, "Ga, tenang ya. Tarik nafas bareng gue."

Mendengar suara lembut Nara, membuat kabut tipis menyelimuti netra Saga. Laki-laki itu semakin merapatkan dirinya, mengigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Nafas tertahan Saga membuat Nara semakin mengusap surai yang basah oleh keringat itu dengan lembut. Usapan perlahan yang membuat Saga bisa sedikit lebih tenang.

Butuh waktu dua puluh menit penuh sampai Saga bisa bernafas dengan normal. Nara menatap lurus ke depan, ke arah kegelapan. Sementara jemarinya tidak berhenti bermain di helaian surai lembut Saga.

"Maaf." suara serak laki-laki itu kembali mengambil alih atensi Nara.

Perlahan tapi pasti gadis itu tersenyum, merasa lega karena berhasil menenangkan Saga.

"Buat apa?"

"Karena lo harus lihat semua ini." Saga mengangkat kepalanya, sedikit menyelam ke dalam manik mata Nara yang memancarkan kelegaan.

"Pasti lo makin nganggep gue aneh, ya?"

"Kenapa gue harus mikir kayak gitu?"

Kalimat yang baru saja Nara ucapkan seakan membebaskan sedikit beban dan rasa tak enak hati yang Saga rasakan membelenggu dirinya.

"Dari semua novel yang pernah gue baca, semua orang punya masalah, luka, dan rasa takut mereka sendiri. Jadi gue bakal nganggep ini adalah bagian dari rahasia lo yang kebetulan harus gue tahu karena takdir."

Saga tersenyum, kembali menyandarkan kepalanya pada bahu Nara sembari menghela nafas panjang.

"Mau denger cerita?"

Nara menggumam sebagai jawaban 'iya'. Tapi Saga yang harusnya menjadi pencerita masih tampak kesulitan untuk menemukan kata yang tepat. Kata yang baik untuk memulai dan sedikit membuka tabir rahasia dari sosoknya.

'Bagaimana cara untuk memulai?' pertanyaan itu terus berputar di kepala Saga, dan Nara tampak tak ingin untuk mengusik. Ia adalah seseorang yang tak pernah terlalu penasaran dengan kehidupan seseorang. Ia hanya akan menjadi seorang pendengar saat seseorang itu sudah siap untuk membaginya.

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now