14. Sepenggal Rahasia

931 160 17
                                    

"Sebuah rahasia pasti memiliki alasan kenapa dia harus menjadi rahasia."

**************

Nara meletakkan beberapa gelas jus ke atas meja teman-temannya kemudian ikut bergabung di sana. Memperbaiki ikatan rambutnya yang sedikit berantakan sembari memfokuskan pandangan pada Dygta yang terus mengecek ponselnya selama lima menit sekali.

"Lagi nungguin apaan sih, Dyg? Gue liat gelisah banget liat hp?"

Mendengar teguran dari Ranin membuat laki-laki itu tersenyum tipis sembari menggeleng.

"Lagi nge cek aja ada chat dari Saga atau enggak."

Nara menopang dagunya, kemudian menusuk lengan Dygta dengan pensil dalam genggamannya. "Kalian selalu gitu, ya? Berangkat bareng, pulang bareng?"

"Iya, gitu. Kita tinggal satu rumah jadi lebih enak berangkat bareng, pulang bareng, kan?"

"Hah? Satu rumah gimana?" Ranin berseru heboh dan cukup untuk membuat tiga orang lain yang duduk di sana menutup telinga mereka.

"Ya gitu, bokap gue kerja sama bokapnya Saga. Kita tinggal di paviliun deket rumah utama," ujar Dygta sembari memakan jamur goreng, camilan mereka hari ini.

"Pantes anaknya sengak banget. Tajir beneran." Ranin mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

Dygta tak perduli dan kembali meraih ponselnya untuk mengetikkan beberapa pesan pada Genta.

Me :

"Ge, lo balik jam berapa?"|

Drrt

Genta :

|"Gue balik malem."

|"Gara-gara si kampret Saga, gue mesti ngulang semuanya dari awal."

Setelah membaca balasan dari Genta, Dygta menghela nafasnya pelan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi semoga Saga baik-baik saja.

*************

Hari ini tidak ada Genta, juga tidak ada Dygta, jadi Danu adalah yang akan menjadi partner latihan sang putra.

Ayah satu anak itu bahkan tidak perduli akan badannya yang terasa lelah setelah perjalanan dari Surabaya dan hanya bersiap di dal ring menunggu Saga.

Saga memakai sarung tinjunya kemudian bergabung dengan sang ayah. Tatapan Danu masih terlihat tenang, meskipun Saga tahu bahwa ayahnya itu masih marah atas perginya dia hari itu.

"Kita lihat perkembangan kamu."

Saga mengangguk sekenanya, kemudian mulai melayangkan pukulan cepat yang ditepis dengan mudah oleh Danu. "Lebih cepat! Lebih kuat!"

Saga mundur beberapa langkah, berniat mengatur nafasnya yang sedikit terengah. Tapi Danu maju, melayangkan pukulan terarah pada area wajah dan tubuhnya sementara Saga memasang posisi bertahan.

"Ayo!" Danu berseru sembari mundur beberapa langkah, tapi tepat saat Saga menghentikan posisi bertahannya, Danu melayangkan sebuah pukulan keras dari bawah dengan posisi tangan dan siku membentuk huruf V.

Take Your Time [Complete]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora