04. Satu Setengah Meter

1.2K 185 17
                                    

"Membuka hati itu bukan sebuah keharusan. Tapi pilihan. Jadi jangan pernah menyalahkan siapapun saat kau jatuh Cinta dan sakit karenanya."

*************

Nara menaikkan satu persatu kursi kosong ke atas meja dengan sedikit kasar. Suara dua benda yang beradu itu terdengar cukup memekakkan telinga, tapi Saga masih duduk anteng di tempatnya. Memakan satu potong kentang goreng terakhir yang ada di atas piring kecilnya sembari tersenyum tipis ke arah Nara. Terlihat berusaha menggoda, atau hanya perasaan Nara saja.

Saga kembali tertawa kecil kala melihat Nara terang-terangan menunjukkan rasa kesal. Jujur Saga penasaran, di mata gadis itu ia ini sosok seperti apa.

"Permisi Mas, kami sudah tutup. Mas boleh datang lagi besok malam."

Tawa kecil Saga kembali terdengar kala Nara dengan sengaja meraih piring kosong laki-laki itu dan memindahkannya ke atas nampan. Saga mengalah, bangkit secara suka rela dengan minuman yang tersisa setengah di tangan kanannya, serta buku milik Nara di tangan kiri.

Laki-laki itu beranjak keluar dari tempat dengan interior berwarna cream itu, kemudian sedikit bersandar pada tiang penyangga di bagian teras cafe.

Menatap bagaimana Nara mengikat satu surai sebahunya dengan asal sehingga beberapa helai jatuh begitu saja di sisi wajahnya. Nara terlihat melepaskan apron yang sebelumnya ia pakai, kemudian mengambil jaket dan juga tasnya yang tergantung di dekat pintu masuk ruang karyawan.

"Mas, Nara pulang dulu," teriak gadis itu pada sang pemilik yang sibuk menghitung pendapatan hari ini di salah satu meja.

"Hati-hati ya Ra."

Nara tersenyum. "Siap Mas."

Lonceng di atas pintu kaca coffee shop berbunyi saat Nara menariknya untuk bisa keluar. Netra gadis itu tertuju pada Saga yang tengah menatap jalanan kosong dihadapannya, sebelum memilih mengabaikan. Menaikkan tudung jaket hitam yang ia kenakan dan melangkah cepat menelusuri trotoar.

Suara langkah kaki yang mengikuti membuat netra Nara melirik ke samping kirinya dimana sosok Saga sudah berjalan santai dengan kedua tangan bersembunyi di dalam saku hoodie hitam yang ia kenakan.

"Jam 3 pagi. Lo nggak takut pulang sendirian jam segini?" tanya Saga secara tiba-tiba.

Nara hanya diam, tak berniat untuk menanggapi.

"Kayaknya si enggak. Tapi lo tau kan kalau kejahatan itu bisa terjadi dimana aja."

Nara mendengus kasar sebagai respon.

"Jaga jarak! Minimal satu setengah meter dari gue."

Dahi Saga mengerut tak mengerti mendengar ucapan Nara. "Lo bilang kejahatan itu bisa terjadi dimana aja. Satu setengah meter itu jarak buat lo. Jadi gue bisa tahu kalau lo mau lakuin sesuatu."

Suara Nara terdengar menyentak beberapa kali. Kentara bahwa gadis itu benar-benar dibuat kesal oleh presensi Saga di sana.

"Lo kesel," ujar Saga sembari tertawa kecil, "gue suka lo kesel. Gue suka bikin orang kesel."

Langkah Nara tiba-tiba terhenti. Netranya menatap Saga nyalang untuk seperkian detik sebelum berbelok ke arah kanan dimana ada sebuah gang kecil yang hanya diterangi oleh satu lampu jalanan dengan cahaya remang.

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now