22. Kehilangan

1.3K 165 15
                                    

"Kehilangan dirimu sendiri terasa lebih menyakitkan daripada kehilangan semuanya."

*******************

Ada saat dimana seseorang begitu putus asa, sampai semua kata-kata penyemangat tak akan ada lagi artinya.

Semua kata penyemangat itu justru semakin terdengar menyakitkan, bukan karena orang-orang menyampaikan dengan cara yang salah. Tapi karena hati sudah terlanjur terluka, terlalu sensitif pada hal-hal yang sederhana sekalipun.

Nara tahu Saga tengah berada di titik itu sekarang. Jadi ia benar-benar bungkam, menatap lurus ke arah rerumputan yang bergerak kesana-kemari berkat hembusan angin.

Keduanya larut dalam suasana lagu yang mereka dengarkan. Sampai tiba-tiba suara serak Saga menyapa Indra pendengaran Nara.

"Ra ... lo masih inget perjanjian kita?"

Perlahan Nara menatap bagaimana pucat wajah Saga yang kini juga tengah menghadap ke arahnya. Kantung mata di bawah netra sang pangeran itu tampak menghitam. Yang pasti, kacau adalah definisi yang sangat cocok untuk kondisi Saga saat ini.

Perlahan Saga menurunkan tudung hoodie yang dipakainya, kemudian menatap paras Nara dengan lamat.

"Iya, gue inget. Lo bilang, gue harus kasih lo kesempatan buat jadi temen gue selama satu bulan. Lo pasti bisa bikin gue nyaman, lo pasti bisa bikin gue bahagia. Gue biaa jadi diri gue sendiri di depan lo."

Saga tersenyum tipis. "Sebelumnya gue mau minta maaf karena udah ganggu waktu lo selama ini. Maaf karena gue ngga bisa nepatin janji buat bikin lo bahagia, dan nyaman sama gue."

"Ga ...."

"Kara, kalau gue minta lo buat lupain perjanjian kita itu. Lo bisa kan?"

"Hah?"

Saga menahan nafasnya. "Lupain perjanjian kita. Dan lo bisa balik ke kehidupan normal lo sebelum kenal gue. Nggak usah berteman sama gue, kalau alasan lo cuman karena perjanjian goblok itu."

"Ga!"

"Ra! Gue nggak mau percaya sama orang. Gue nggak mau bergantung sama siapapun! Jadi stop bersikap seolah lo perduli sama gue."

Cowok itu bangkit, bersamaan dengan Nara yang langsung menahan lengannya. "Lo yang mulai semua ini, Ga. Lo yang buat gue bener-bener perduli sama lo sekarang. Lo nyuruh gue balik ke kehidupan sebelum gue kenal lo? Lo pikir semuanya bakalan sama?"

Nara menggeleng. "Enggak. Gue punya hati buat khawatir dan perduli sama lo. Gue punya hati buat rasain kalau lo butuh seseorang di samping lo. Gue punya hati buat tahu kalau lo lagi hancur, Ga!"

"Tapi gue udah nggak punya hati. Gue nggak punya alasan buat percaya sama siapapun. Kalau lo beneran peduli, tinggalin gue. Balik ke kehidupan lo, Angkara."

Entah berapa banyak orang yang akan Saga jauhkan dari dirinya. Tapi sungguh Saga tidak ingin mempercayai siapapun, tidak ingin terluka, dan tidak ingin melukai.

Ponsel Saga bergetar, ia melihat dengan jelas bagaimana beberapa siswa jelas mencibir Nara karena tetap mendekatinya beberapa waktu lalu. Dan Saga tahu, menjauhkan gadis itu darinya adalah pilihan yang terbaik. Biar saja ia hancur, toh sedari awal Saga memang sudah remuk. Tapi jangan sampai ada yang ikut hancur hanya karena seorang brengsek sepertinya.

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now