Epilogue ~ 00. Last Page

1.9K 156 11
                                    

"Happy ending itu bukan pilihan, tapi suatu hak yang akan kalian dapatkan suatu saat nanti. Terdengar tak mungkin, tapi siapa yang tahu bagaimana takdir bekerja?"

*************

1 tahun kemudian....

Hujan turun dengan cukup deras setelah mendung terus menyelimuti sang angkasa sejak pagi tadi. Banyak orang berlari dengan tas atau tangan menutupi kepala sebagai perlindungan dari ribuan air hujan yang jatuh ke bumi secara bersamaan.

Kilat menyambar, suara Guntur terdengar seperkian detik kemudian membuat beberapa orang menjerit tanpa sadar.

Saga yang kebetulan tengah berada di sebuah coffee shop itu memejamkan matanya dengan dahi sedikit berkerut. Jujur, traumanya membaik semenjak semua masalah selesai satu tahun yang lalu. Tapi ia masih belum terlalu terbiasa, jadi sesekali akan terkejut dan otomatis memejamkan matanya seperti sekarang.

Pintu cafe itu terbuka dengan Nara sebagai pelakunya. Gadis dalam balutan celana jeans dan hoodie berwarna biru itu meletakkan ranselnya yang basah karena digunakan sebagai payung di sebuah kursi kosong yang berhadapan dengan Saga.

Sementara sosoknya mendudukkan diri di dekat Saga, dan menggenggam jemari itu membuat Saga langsung otomatis membuka mata.

"Udah dibilangin beli payung dari kapan hari. Suka banget kayaknya lo hujan-hujanan."

Tangan kiri Saga yang terbebas dari genggaman Nara terangkat guna mengusak surai gadis itu yang basah oleh air hujan. Nara memotong rambutnya sebahu, minggu lalu. Setelah hampir berbulan-bulan membiarkannya sampai panjang surai itu mencapai sepinggang.

"Iya bawel. Kelupaan terus gue. Nggak penting soalnya. Ngomong-ngomong Genta mana?"

Saga menghela nafas. "Sibuk sama urusan Hima. Persiapan nyambut Maba, ya gitu."

"Persyaratan lo udah semua, kan?" tanya Nara sembari berusaha meraih map di hadapan Saga.

Saga memukul punggung tangan gadis itu. "Tangan lo basah!"

"Alay banget dasar."

Nara memeriksa berkas-berkas miliknya sendiri membuat Saga tersenyum. Jemarinya kembali mengusak surai gadis itu lembut.

"Lo kenapa ada pikiran masuk Psikologi?"

"Biar bisa bantuin orang kayak lo gini, hilang arah."

"Sialan! Tapi bener." Saga menopang dagunya, melihat bagaimana raut wajah serius gadis itu yang terus berubah kala memeriksa satu persatu berkas persyaratan yang diminta untuk daftar ulang.

"Yang lebih random itu lo. Tiba-tiba milih jurusan game application and technology. Lo dari kecil fokus bidang olahraga, tiba-tiba kuliah ngambil ini. Aneh nggak?"

"Hampir 12 tahun olahraga mulu. Males gue, jadi mau cari sesuatu yamg baru. Lagian di era sekarang, bidang ini lumayan punya peluang besar. Gue pengen sukses dengan cara gue sendiri, terlepas dari perusahaan keluarga."

Nara tersenyum, jemarinya terangkat mengusak surai Saga dengan lembut. Cowok itu memanjangkan surainya sampai menutupi telinga. "Aduh, anak gue sejak kapan sih bisa mikir dewasa gini?"

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now