12th (Sejak Kapan?)

872 152 18
                                    

"Terkadang kita melewatkan sebuah titik penting dalam kehidupan dan mulai menyesalinya di masa depan."

**************

Nara juga tidak menyadari sejak kapan ia mulai terbuka dan mau berbicara dengan Saga. Semua hanya mengalir begitu saja tanpa gadis itu sadari apa alasan dari setiap pertemuan dan juga pertemanan canggung yang mereka jalin saat ini.

Jadi saat Ranin menghubunginya dan menanyakan beberapa hal itu, Nara hanya mampu mengedikkan bahunya pertanda bahwa ia juga sama bingung dan sama tak mengertinya.

"Seriusan sekarang dia di rumah lo? Maksud gue si prince wannabe?"

Nara mengikat satu surainya sembari menatap cermin kecil yang menempel di dinding kamar. "Iya, lagi makan masakan dari tetangga."

"Lo nggak kerja?"

"Ini mau berangkat," ujar Nara sembari mengambil tas kecil miliknya di atas meja.

"Lo biarin Artha sama Saga di rumah cuman berdua?"

"Saga nggak bakal apa-apain Artha juga."

"Lo nggak inget dia udah dorong lo? Gebukin Arkan? Bahkan gebukin semua temen cowo sekelasnya."

"Artha baik kok." setengah bercanda, Nara keluar dari kamar kemudian melambaikan tangannya pada Saga dan Artha.

"Gue juga tahu Angkara sayang, tapi kan Saga bukan."

"Dia nggak seburuk keliatannya." Nara keluar dari gang dengan setengah berlari karena gerimis yang mulai semakin deras membasahi tubuhnya.

Nara sedikit menghela nafas lega, kemudian menghentikan sebuah angkot yang kebetulan melintas.

"Eh, lo kan baru ngomong sama dia berapa harian ini. Gimana lo tahu kalau dia orang baik."

"Ya ... feeling aja."

"Fiks lo gila Nar."

Nara tertawa kecil. "Iya, gue udah gila dan gue ada di angkot sekarang. Ujan deres, mana suara bising. Nggak kedengeran, gue tutup dulu, tapi nanti kalau udah sampe tempat kerja gue telfon lagi."

Nara mematikan sambungan mereka kemudian menatap ke arah luar jendela dimana air hujan mengguyur Jakarta dengan cukup deras. Dalam hati Nara berharap jika hujan ini tidak akan bertahan untuk waktu yang lama.

Ia khawatir dengan kondisi rumah, ada beberapa titik yang akan bocor saat hujan terlampau deras. Dan di rumah itu hanya ada adik polosnya Artha dan si bodoh Saga. Nara benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana rupa rumahnya nanti saat ia pulang, ia tak akan memiliki waktu istirahat dan belajar.

Wah, hanya dengan membayangkannya Nara sudah benar-benar kesal.

Dan tentu saja apa yang ada di pikiran Nara terjadi. Saga menatap takjub ke arah tetesan air yang merembes dari genteng rumah. Sementara Artha sendiri sudah kelabakan mencari wadah untuk menampung airnya kesana-kemari.

Artha sedikit menghela nafas lega kala empat titik bocor di rumahnya sudah mendapatkan tampungan. Setidaknya rumah ini tidak akan banjir saat Nara datang nanti.

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now