10. Romeo & Juliet (Trailer)

935 160 23
                                    

"Kebahagiaan bukan tentang materi, tapi tentang seberapa banyak kalian tersenyum tulus di saat keadaan sangat sulit sekalipun."

***************

Banyak orang yang mengatakan jika rasa nyaman bisa muncul meskipun kita hanya menghabiskan waktu selama tiga detik untuk saling beradu tatap dengan seseorang.

Awalnya Saga tak percaya pada kata-kata itu. Tapi sungguh sekarang ia menyadarinya, bahwa sejak pertemuannya dengan Nara hari itu, Saga sudah menaruh harapan bahwa gadis itu akan menjadi seseorang baginya di suatu hari nanti.

Waktu masih menunjukkan pukul tiga sore saat keduanya keluar dari kedai bakso di pinggir jalan. Saga sama sekali tak keberatan untuk terus bicara, mencoba mencairkan suasana karena ia tahu benar seberapa diam dan seberapa tenang sosok Nara sebenarnya.

Ini aneh, biasanya Saga juga hanya akan bicara hal-hal yang menyebalkan. Tapi sekarang laki-laki itu malah berbicara hal-hal bodoh seperti hukuman dari pak Joko dan bu Endah sembari tertawa.

"Eh, lo tau nggak?"

"Nggak," ujar Nara langsung menghentikan antusiasme Saga.

"Heran gue, ada ya anak kaku banget kayak lo."

Dahi Nara mengerut, rasanya ia baru saja mendengarkan sebuah nasehat dari seseorang yang juga membutuhkan nasehat yang sama.

"Mending kaku diem kayak gue, daripada kaku tukang hantam kayak lo."

Saga menghentikan langkahnya kemudian menatap kesal ke arah Nara. "Gue nggak akan mulai kalau mereka nggak mulai duluan."

"Lo yang gebukin Aska, kan? Gara-gara dia beli susu melon."

Saga mengangguk. "Gue nggak suka punya gue diambil sama orang."

"Ga, nggak semua hal itu punya lo."

Saga menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang gue mau, berarti itu punya gue. Dan gue harus dapetin itu."

"Pantesan dipanggil prince wannabe."

Mendengar nama panggilan itu membuat Saga tergelak. "Kalau didenger keren juga."

Ya, setidaknya apa yang anak-anak ucapkan selalu benar. Saga tidak pernah gagal membuat seseorang merasa kesal.

Nara memperhatikan punggung tegap yang berjalan di hadapannya itu dalam diam. Saga sesekali akan melompat kemudian menendang kerikil yang menghalangi jalannya. Tipikal seseorang yang tidak terlalu suka diam.

Sesekali Saga akan melirik ke belakang, sekedar melempar senyum menyebalkan kemudian kembali melangkah. Jujur saja Nara seperti bertemu seseorang yang berbeda. Karena di sekolah Saga sedikit memiliki aura yang membuat orang-orang segan untuk mendekatinya. Laki-laki itu bahkan tak tersenyum seakan menegaskan bahwa ia tidak ingin di dekati oleh siapapun.

"Ra, mau jajan?"

Dahi Nara mengerut kala Saga menarik tangannya masuk ke salah satu toserba. Laki-laki itu meraih sebuah keranjang berwarna biru kemudian memberikannya pada Nara.

"Ga, gue bukan ...."

"Iya, iya. Bukan babu, anggep aja minta tolong," ujar Saga sembari melemparkan beberapa kotak susu melon ke dalam keranjang.

Take Your Time [Complete]Where stories live. Discover now