20. Sebuah Malam

981 156 15
                                    

"Dari ribuan Purnama yang telah berlalu, pasti akan tetap ada satu Purnama yang memberi kita arti lebih daripada yang lainnya."

************

Hari senin adalah hari pertandingan bagi Saga. Ia sudah berada di sekolah sejak pagi bersamaan dengan siswa lainnya yang tengah benar-benar sibuk karena bazar akan mulai di buka esok hari.

H-1 terkadang lebih membingungkan daripada hari yang sesungguhnya. Ini dikarenakan para siswa harus mengatur tempat yang masih berantakan dan memastikan semua barang yang dibutuhkan telah tersedia.

Saga membuka jendela ruang latihan Judo, dimana ia dan beberapa rekan tengah menunggu sang pelatih. Netra Saga berfokus pada stand-stand yang sudah berdiri kokoh di area halaman sekolah. Berjajar dengan atap berwarna serupa yaitu hitam. Tidak sulit bagi Saga untuk mencari dimana stand kelasnya. Stand yang ada di posisi tengah, berada di sebuah garis lurus dengan gerabng sekolah itu adalah stand XI IPS 3. Menara eiffel sederhana yang berdiri tegap di hadapan stand mereka itu cukup untuk menjadi penanda.

"Ga." Mana melemparkan minuman isotonik pada Saga.

"Minum dulu buat bangun tenaga," ujarnya kemudian.

Saga mengangguk, kemudian meminumnya sedikit.

"Gue sama anak-anak mau turun lihat stand dulu. Mau ikut?"

Tak ada alasan untuk menolak, jadi Saga kembali mengangguk dan mengikuti langkah empat orang lainnya.

Ia berjalan paling belakang dengan tempo pelan. Mengamati satu persatu stand yang tampak memiliki keunikan masing-masing. Saga berhenti tepat di depan stand IPA tiga yang ternyata bersebelahan dengan stand kelasnya.

Dua kelas yang digadang menjadi unggulan itu berdiri berdampingan sebagai center dan tujuan utama yang akan langsung terlihat saat kita masuk melalui gerbang utama.

"Eh yang pesen polaroid kemaren siapa? Ini punya Ikon, Monsta X, sama Stray kids kok nggak ada?"

Saga berhenti sejenak kala mendengar suara Nara tengah menanyakan sesuatu. Disusul sosok gadis itu yang kemudian muncul dengan buku catatan dan bolpoin di kedua tangannya.

Ranin berlari dari area belakang stand kemudian menepuk bahu Nara. "Gue yang pesen kemarin. Jadi di tempat yang biasa habis, jadi gue beli di tempat lain."

"Terus udah sampai? Kita mesti plastikin dulu soalnya."

Ranin mengecek ponsel kemudian mengangguk. "Hampir kok, gue tunggu pengirimnya dulu di depan."

Nara mengangguk, membiarkan Ranin berlari keluar dari sekolah.

Saga tersenyum, masih memandangi Nara yang kini sibuk memeriksa jumlah meja dan kursi yang mereka miliki. Iris gadis itu bergerak cepat dan tanpa sengaja beradu dengan iris kembar Saga yang sudah memperhatikannya sejak tadi.

Gadis itu tersenyum, setengah berlari kemudian langsung menepuk bahu Saga dengan lumayan keras.

"Goodluck, ya. Maaf nggak bisa dukung," ujar Nara sembari mendudukkan dirinya di sebuah kursi kayu milik IPS 3 yang tadi di pinjam oleh anak IPA untuk pijakan saat memasang banner.

Take Your Time [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang